Senin, 30 Desember 2013
Hikmah Maulid Nabi Muhammad saw
HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW oleh PROF. DR. M. QURAISH SHIHAB.
Kenal Allah ? Orang yang beriman pasti percaya kepada Allah. Nah kalo Anda kenal dan percaya pada Allah
dan percaya bahwa Allah itu menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan Anda. Maukah Anda mengetahui apa
yang disukai dan tidak disukai-Nya ? Mau, kalau memang Anda percaya bahwa Dia adalah Wujud.
Kalau orang yang beriman pasti percaya bahwa Dia yang mencipta dan mengatur alam semesta ini, lalu
bagaimana berhubungan dengan Beliau ? Apa sajakah yang Dia sukai dan apa sajakah yang tidak Dia sukai ?
Disini perlu ada yang menjelaskan kepada kita.
Ada tidak yang menurut Anda orang yang lengah/salah ? Pasti ada, perlukah orang tersebut diingatkan ?
Kalo kita sayang orang tersebut maka kita perlu mengingatkan.
Ada tidak diantara manusia yang lengah ? Banyak. Perlukah diingatkan ? Perlu.
Siapa yang memberitahu tentang Allah ? Siapa yang mengingatkan yang lengah ? Siapa yang menjelaskan apa
yang Dia sukai dan tidak Dia sukai ? Rasul.
Allah menyampaikan pada Rasul. Rasul yang menyampaikan pada umatnya. Kita manusia, hati kita kotor,
kecerdasan terbatas, tidak bisa langsung kepada Allah. Maka Allah memilih beberapa orang untuk menjadi
rasul untuk dapat menyampaikannya kepada kita.
Itu yang disebut Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 1 :”Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-
orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka
bukti yang nyata”. Maka Allah mengutus Rasul-Nya, seperti yang disebutkan dalam ayat 2 :”(yaitu) seorang
Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)”.
Jadi Rasul merupakan bukti kebenaran. Sebagai contoh :
Ada orang mengaku dokter, percaya atau tidak ? belum, mungkin dia pembohong, saya perlu bukti bahwa dia
seorang dokter. Cara membuktikan dia seorang dokter bisa dengan melihat ada yang berobat padanya dan
diberi obat lalu dia sembuh. Ok deh, dia memang dokter. Bisa juga dengan melihat ijasahnya sebagai jalan
pintasnya.
Nah, Nabi Muhammad saw diutus, dikatakan oleh ayat tersebut diatas bahwa Rasul adalah sebagai bukti yang
nyata. Di surat An-Nisa “Hai seluruh manusia, telah datang kepada kamu bukti yang nyata, dan kami
menurunkan kepada kamu cahaya Al-Quran”. Bukti yang nyata adalah Rasulullah saw.
Kalau ada satu orang lahir di pedalaman yang tidak memiliki peradaban, miskin, yatim, tidak pandai
membaca dan menulis. Mungkinkah secara logika orang tersebut menjadi orang yang hebat ? Sangat tidak
mungkin.
Nabi Muhammad saw lahir di Mekkah yang tidak berperadaban, yatim, miskin, tidak pandai membaca dan
menulis. Tapi menyampaikan hal-hal yang luar biasa, berhasil meruntuhkan dua emperium Romawi dan Persia
hanya dalam waktu 20 tahun lebih. Dipelajari sejarahnya, ternyata beliau adalah orang yang paling hebat.
Bukankah itu bukti ?
Kenapa sih Nabi Muhammad saw lahir yatim ? Kenapa Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis ?
Kenapa Nabi Muhammad saw begitu lahir diasingkan ke pedalaman menjauhi ibunya ? Itu semua diatur Tuhan.
Karena Tuhan yang berkehendak mendidik langsung Nabi Muhammad saw. Seandainya bapaknya masih hidup, maka
bapaknya yang akan mendidiknya, akan terpengaruh oleh bapaknya. Kalo dengan ibunya, ibunya bisa
mempengaruhinya. Kalau dia pandai membaca, bacaan akan mempengaruhinya.
Karena itu, di Surat Al-A’raaf : “Wahai Nabi Muhammad, katakanlah aku ini pesuruh Allah kepadamu semua,
Allah pemilik penguasa langit dan bumi, tidak ada Tuhan, tidak ada yang menguasai alam raya ini kecuali
Dia, Allah yang menghidupkan dan mematikan”. “Maka percayalah kepada Allah, dan percaya juga kepada
RasulNya, Nabi yang ummiy (yang tidak pandai membaca dan menulis).” Karena kalo Nabi pandai membaca dan
menulis, orang lain akan mengira bahwa Nabi kita tahu dari bacaan2nya. Jadi kita tidak perlu malu untuk
berkata Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis.
Lanjutan surat tersebut :”Yang percaya pada Allah”. Jadi jangan duga dia menyuruh orang untuk percaya
padahal dirinya tidak percaya. “Maka ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. Apakah cukup kita
percaya kepada Nabi bahwa dia memang Nabi ? Tidak cukup, perhatikan ayat di atas tersebut, “Ikuti Nabi”.
Tetapi “mengikuti Nabi” juga harus cerdas. Tidak semua yang dilakukan Nabi itu, harus diikuti. Nabi
kawin dengan 9 perempuan sekaligus, kita tidak bisa begitu. Nabi kalo tidur, tidak batal wudhunya. Jadi
tidak bisa semua diikuti. Ada yang perlu diikuti, ada yang tidak boleh diikuti. Harus cerdas pilih2.
Kita lihat ayat lain, “Hai seluruh manusia, telah datang kepadamu, seorang Rasul.” Apakah kita yang
datang kepadanya atau dia yang datang kepada kita ? Dia yang datang. Jangan minta orang datang. Dia
begitu besar perhatiannya kepada kita, sehingga dia datang kepada kita. “dari diri kamu”. Rasul yang
datang ini sejiwa dengan kamu. Dia tahu yang maslahat buat kita. Seperti suami isteri sejiwa. Sebelum
suami bicara, isteri sudah tahu. Jadi apa yang disampaikan Rasul pasti kebaikan buat kamu. “Terasa
sangat berat apa yang menyusahkan kamu”. Rasul seperti seorang yang menyalakan api/lampu. Ada laron
datang kesana, laron ini kalo dibiarkan akan terbakar. Rasul ini sangat2 kasih dan rahmat. “Raufur
rahiim”. Rauf itu adalah memberikan rahmat sesuai dengan apa yang dimilikinya. Rahim adalah memberikan
rahmat sesuai apa yang dibutuhkan oleh yang diberi.
Mana yang lebih baik antara Rauf dan Rahim ? Dua-duanya baik, tapi mana yang lebih baik ? Semisal saya
kasih contoh : Kalo Anda punya uang 10 juta. Ada seorang peminta-minta datang kepada Anda. Kalau Anda
Rauf, maka apa yang Anda miliki diserahkan kepadanya, tapi kalo Rahim, pengemis itu butuh berapa sih
dari Anda ? paling 100 ribu, Anda beri 100 ribu.
Jadi Rahim adalah memberikan sesuai dengan kebutuhan, Rafa atau Rauf itu memberikan sesuai yang Anda
miliki. Nabi Muhammad saw itu Raufun, karena dia mempunyai hubungan yang akrab dengan kamu.
Inti dari sini, adalah Nabi Muhammad saw itu sangat kasih kepada umatnya dan lebih kasih lagi kepada
umatnya yang taat kepada Allah dan RasulNya.
Pertanyaan :
1. Sampai sekarang kita sebagai umat Nabi Muhammad saw belum melihat lukisan wajah Rasulullah, sebagai
pelukis bolehkah saya melukis atau memvisualisasikan wajah beliau dan begitu juga dengan wajah-wajah
Nabi yang lain ?
Ada dua sisi yang ingin saya jelaskan. Dari segi teori, kita bisa melukiskan bagaimana perawakan dan
wajah Nabi Muhammad saw. Kenapa ? Karena riwayat2 yang sampai kepada kita yang menjelaskan tentang sosok
Nabi Muhammad saw sangat sempurna. Dahinya lebar, alisnya tebal hitam, rambutnya terurai sampai ke
telinganya. Giginya sedikit jarang, gigi depannya ada yang patah kena tombak. Itu tergambar semua.
Bagaimana kalo berbicara ? Beliau kalo berbicara sering memukul telapak tangan kirinya dengan jari
telunjuknya, gigit-gigit bibirnya. Dari segi teori tidak ada masalah.
Tapi dalam ajaran agama, ada yang dinamakan “Sadd adz-Dzara’i/menutup kemungkinan”. Kalau itu dibiarkan,
banyak orang yang akan melukis, bisa terbuang-buang di jalan. Tersinggungkah kita ? Daripada tersinggung
dan daripada salah, dilarang. Juga tidak boleh difilmkan, nanti khawatir setelah difilmkan pemeran yang
sebagai Nabi sedang foya-foya di tempat lain. Itu jalan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan
terhadap gambaran terhadap Nabi. Termasuk juga supaya Nabi tidak dikultuskan. Bisa juga nanti gambaran
terhadap Nabi juga bisa dihina. Kalau mau tahu Nabi, pelajari saja kehidupan dan akhlak beliau.
2. Ada 2 riwayat yang mengatakan Nabi pernah dibelah dadanya, pertama ketika masih kecil dan ketika
beliau Mi’raj. Apakah itu kisah simbolik saja dan apakah tujuannya ?
Betul, memang ada riwayat seperti itu. Riwayat itu bahkan ada yang menguatkannya dengan firman Allah
“Alam Nasrah laka Shadraka”, yang mereka artikan dengan “Bukankah Kami telah membelah dadamu ?”. Tetapi
penafsiran ayat tersebut tidak kuat, tidak disepakati ulama.
Riwayatnya juga mengatakan begitu, ada yg mengatakan ketika beliau muda kecil dan ketika hendak Mi’raj.
Riwayat ini ada yang menerimanya dan ada juga yang menolaknya. Hal demikian tersebut, bukanlah sesuatu
yang wajib kita percayai. Mau percaya silakan, tidak percaya juga tidak apa-apa.
Sekarang ditanya, apa tujuannya ? Bagi mereka yang berkata, dada beliau dibelah, supaya dikeluarkan
kotorannya. Tapi ada yang berkata tidak, itu terdapat dalam satu bacaan maulid yang populer, “Para
malaikat itu tidak mengeluarkan sesuatu yang buruk dari dadanya, tapi ditambah cahaya diatas cahaya ke
dalam dada beliau”. Jadi beda-beda pendapat.
Saya (Quraish Shihab) kalo ditanya, saya tidak percaya ada sesuatu yang buruk yang terdapat dalam diri
Nabi Muhammad saw. Allah sudah ciptakan beliau sempurna untuk jadi tauladan, jadi tidak ada yang buruk.
Kalaupun riwayat itu akan kita terima, kita akan berkata, itu akan menambah cahaya di atas cahaya ke
dalam diri beliau.
3. Bagaimana pendapat Bapak, tradisi membaca shalawat kepada Nabi dalam bahasa Arab ?
Saya (Quraish Shihab) mau bertanya terlebih dahulu, siapa yang paling berjasa kepada kita ? Orang yang paling berjasa adalah orang yang menyelematkan kita dunia akhirat. Bagi kita, adalah Nabi Muhammad saw. Bisakah kita berterima kasih kepada beliau ? Bisakah kita membalas budinya tersebut ? Tidak bisa.
Allah pernah memerintah, kalau ada orang yang ingin menghadap Rasul harus membayar sesuatu supaya Nabi bisa bersedekah dari uang tersebut. Tapi baru satu orang yang melaksanakan, lantas Allah membatalkan perintah tersebut, karena orang tidak bisa membalas budi baik Nabi. Jadi bagaimana cara membalas budi baiknya ?
Karena kita manusia tidak bisa, maka kita minta kepada Allah, “Ya Allah balas budinya”. Itulah shalawat.
Allahumma shalli ala Muhammad, Ya Allah curahkan rahmat kepada Nabi Muhammad saw. Kenapa saya minta kepadaMu ya Allah ? Karena saya tidak bisa membalasnya.
Nah, shalawat ini ada yang diajarkan Nabi, ada pula yang disusun ulama, tetapi selama intinya menggambarkan penghormatan kepada Nabi, atau intinya selama menggambarkan kesyukuran kepada Nabi, maka boleh-boleh saja. Tidak harus dalam bahasa Arab, dalam bahasa Indonesiapun boleh selama ingin mengagungkan beliau, itu baik.
Pemberian shalawatpun ada perintah. Tidak ada perintah Allah yang didahului Allah melakukannya selain shalawat. Innallaha wa malaaikatahu yushalluna alan Nabii. “Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepada Nabi”. Siapa yang lebih dulu bershalawat ? Allah.
Itu sebabnya orang dianggap sangat kikir jika tidak mau shalawat kepada Nabi. Hanya disuruh bershalawat saja tidak mau. Anda tidak rugi diminta untuk bershalawat (meminta pada Allah agar memberi kepada Nabi rahmat). Itupun kata Allah, kalau kamu minta/bershalawat, maka akan Aku beri juga kepadamu. Itu sebabnya orang yang tidak bershalawat itu sangat kikir, sangat tidak tahu budi.
4. Ada orang seseorang yang mengaku bermimpi bertemu dengan Rasulullah, bagaimana pandangan Islam
mengenai hal ini ?
Mimpi itu bermacam-macam, ada mimpi karena terdapat keinginan yang meluap, tidak terwujud di dunia nyata
masuk ke dunia mimpi. Ada mimpi akibat keadaan yang sedang dialami oleh orang yang sedang tidur. Misal
ada tali di lehernya, dia mimpi tercekik. Ada yang mimpi sudah berada di kamar mandi, dan dia merasa
sudah ingin buang air kecil, ternyata setelah tersadar dia mengompol.
Ada mimpi yang dibuat oleh syetan. Ada syetan yang memang khusus buat Anda bermimpi buruk. Jadi itu
mimpi bohong. Ada mimpi yang benar. Diantara mimpi yang benar adalah yang memimpikan Nabi Muhammad saw.
“Siapa yang memimpikan saya waktu tidur, maka betul-betul sudah mimpi saya, karena syetan tidak bisa
menyerupai saya walau dalam mimpi”, sabda Rasulullah saw.
Ada orang mimpi seorang Nabi bahkan mimpi ketemu Tuhan, itu syetan yang bikin. Itu menyerupai dan
bohong. Tapi kalau mimpi Nabi Muhammad saw, itu benar. Orang bermimpi Nabi Muhammad saw itu suatu hal
yang istimewa. Bagaimana rasanya orang yang Anda hormati berkunjung pada Anda walaupun dalam mimpi ?
5. Dari sekian banyak Nabi yang diutus, maka bagaimana posisi Rasulullah ? Kemudian ajaran yang datang sebelumnya apakah belum lengkap atau bagaimana ?
Masyarakat manusia berkembang terus. Ambil contoh anak kecil. Anak kecil waktu masih bayi belum dikasih nasi, makanannya hanya ASI. Setelah sekian bulan, baru ditambah ASI dengan makanan lain. Setelah itu, dia boleh makan nasi dan seterusnya, tapi masih disuapi. Setelah dewasa, dia makan sendiri.
Perkembangan masyarakat seperti itu juga. Setiap nabi membawa ajaran sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu juga. Setelah umat manusia mencapai tahap kedewasaan, maka datanglah Nabi Muhammad saw menyempurnakan semua yang masih kurang. Nabi Isa as, ajarannya sesuai dengan masyarakat ketika itu. Nabi Nuh demikian juga. Ajaran Nabi Muhammad saw kepada umat manusia ketika umat manusia mencapai kedewasaannya.
Itulah sebabnya, ajaran nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw sangat rinci, tapi ajaran Nabi Muhammad saw tidak rinci. Ajaran Nabi Muhammad saw yang rinci adalah hal-hal yang tidak diketahui oleh nalar. Seperti tentang hari kemudian, itu rinci. Dan yang rinci itu adalah yang tidak bisa berubah lagi. Tapi yang bisa berubah, yang mengalami perkembangan diserahkan kepada akal manusia untuk menyusunnya tetapi yang diberikan hanya nilai-nilainya.
Jadi bagaimana kalau ditanya posisi nabi-nabi yang lalu ? Mereka telah melaksanakan tugasnya untuk masyarakatnya masing-masing, kalau setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya maka diutuslah Nabi Muhammad saw membawa ajaran itu.
KESIMPULAN :
1. Umat manusia membutuhkan Rasul. Karena sekian banyak yang tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia.
2. Rasul yang diutus Allah ini selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat, tetapi setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya diutuslah Nabi Muhammad saw. Dan Nabi Muhammad saw itu dijadikan bukti kebenaran, sosoknya adalah bukti kebenaran, ajarannya Al-Quran adalah bukti kebenaran pula.
3. Kita tidak hanya dituntut untuk percaya pada Nabi Muhammad saw, tapi juga dituntut untuk mengikuti/meneladani beliau, hanya saja yang perlu digarisbawahi harus meneladani secara cerdas.
4. Sifat Nabi Muhammad saw yang menonjol adalah kasih kepada umatnya, rahmat kepada seluruh makhluk dan selalu menginginkan kebaikan kepada umat manusia.
http://blogpaser.wordpress.com/2012/05/07/hikmah-maulid-nabi-muhammad-saw/
Maulid Nabi Muhammad SAW
Makna Maulid
Maulid nabi besar Muhammad SAW yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awwal itu mengenang hari lahirnya sang penuntun alam utusan Allah Swt. Nabi Muhammad Saw adalah nabi yang yang terang benderang, beliau di utus oleh Allah sebagai Nabi terakhir, dan mengembang tugas untuk menyebarkan atau menyampaikan wahyu Allah (Al-Qur’an) untuk di jadikan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia di dunia.
Arti Maulid Nabi Kata Maulidd berasal dari bahasa Arab yang beratrti lahir, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw merupakan suatu tradisi yang berkembang setelah Nabi SAW wafat, dengan di peringatinya Maulid Nabi Saw ini yang merupakan suatu wujud ungkapan kegembiraan juga penghormatan kepada sang utusan Allah karena berkat jasa beliau ajaran agama islam sampai kepada kita.
Tujuan Peringatan Maulid Nabi Tujuan diperingatinya Maulid Nabi SAW ini adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada beliau (nabi Muhammad Saw) yang mengenang jasa beliau menyampaikan ajaran islam kepada kita semua .
Namun, perayaan Maulid di beberapa daerah sudah menjadi tradisi yang mengarah kepadapraktek , syirik misalnya berkorban untuk alam, menyajikan sesajen dan sebagaimana yang sangat kontradiktif dengan aturan syariat agama. Hal itu perlu duluruskan, bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw bukan sekedar hanya seremonial saja .
Tetapi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilaksakan atau diperingati sebagai bentuk mengenang atau mengingat kembali sejarah di utusnya nabi muhammad kemuka bumi ini yang mengembang visi dan misi bahwa Nabi Muhammad SAW di utus sebagai Rohmatan Lilalamin, selain itu juga untuk mengingat sejarah kehidupan beliau yang harus di teladani, mengingat suatu pribadi yang agung untuk di jadikan contoh oleh para umatnya.
Ketika mengenang peristiwa Maulid Nabi Muhammad Saw ini sebagai bentuk penyadaran atau mengingatkan kepada seluruh umat beliau atas nikmat keberlangsungan risalah kenabian yang member manfaat sangat besar bagi kaumnya.
Bagi umat islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan sarana untuk memperbaharui keyakinan terhadap kesaksian bahwa beliau Nabi Muhammad Saw di utus sebagai Rasull.
Dengan diperingatinya Maulid Nabi Muhammad SAW ini adalah bukan sekedar mengingat saja tetapi kita selaku umat beliau harus mencontoh dalam semua perbuatan dan berusaha melaksanakan sunnah-sunnah beliau, dam mempertahankan sunnah Rasull Muhammad SAW dari segala bentuk penyelewengan dan penyimpangan juga dari serangan mereka yang benci terhadap ajaran Nabi Muhammad SAW.
Peringatan Maulid nabi Muhammad Saw diperingati atau dirayakan adalah sebagai bekal satu upaya untuk mengenang dan mengenal bahwa mencontoh keteladanan Nabi Muhammad baik di tinjau dari sisi individu kehidupannya yang sholeh maupun di tinjau dari sisi amanah yang di bawa oleh beliau yaitu ajaran agama sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad Saw merupakan pemimpin yang besar dan luar biasa yang member sauri teladan bagi umatnya.
Hikmah Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Perayaan Maulid dibeberapa daerah sudah menjadi tradisi, bahkan ada yang mengarah ke praktik syirik dengan mengadakan sesajian, berkurban untuk alam, laut misalkan, pemubadziran makanan atau harta, ikhtilath atau campur baur laki-laki dan perempuan, praktek yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan, dan lainnya yang bertentangan dengan syari’at.
Dibalik semua perayaan yang berlangsung tersebut ada hal yang paling penting kita maknai, agar perayaan itu bukan sekedar seremonial belaka. mungkin bisa menjadi pembuka yang bagus bagi anda yang bagi anda yang belum tahu bagaiman sejarahnya
Peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.
Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Kenyataan saat ini telah membuktikan, bahwa disebabkan belum bersungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat terbelakang, dibandingkan dengan ummat-ummat lain di hampir semua bidang kehidupan.
Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup kita ini.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.23. Ar-Ra’du : 11).
Imam Ibnu ‘Atho’illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan :“Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaaan hidupmu”.
Kebiasaan mengabaikan teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata membawa kita kepada kemunduran derajat hidup, maka jika ingin berubah menjadi ummat yang maju dan bermartabat, kita harus merubah kebiasaan kita.
Kita harus tinggalkan sikap menyepelekan dan mengabaikan uswahtul hasanah Rasulullah SAW. Kita harus bersungguh-sungguh dan lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mengenal dan mengikuti teladan Rosulullah SAW dalam hidup ini.
Kesungguhan kita dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW secara utuh dalam mengarungi perjuangan hidup ini adalah kunci menuju kehidupan ummat yang lebih maju dan bertartabat di masa yang akan datang.
Imam Ibnu Atho’illah menyatakan : “Janganlah kamu membanggakan warid yang belum kamu ketahui buahnya. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan itu bukanlah hujan. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan adalah wujudnya buah-buah pepohonan”.
Al-Hamdulillah jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Namun hendaknya jangan terlalu bangga dahulu. Sebab terselenggaranya acara itu baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya ?. Sudah wujudkah ?.
Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani Rosulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan kita. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.
Rasullah SAW adalah rahmat bagi semesta alam, kebaikan dan keberkahannya tidak hanya didapatkan oleh orang-orang yang semasanya dan tidak pula berakhir dengan wafatnya.
Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman, ” dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui.” (Qs. At-Taubah: 103).
Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.
Jumat, 04 Oktober 2013
Belajar Dari Sebuah Telur
Belajar Dari Telur :
Jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari luar, maka kehidupan didalam telur akan berakhir.
Tapi...
Jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari dalam,maka kehidupan baru telah lahir... hal-hal besar selalu dimulai dari dalam.
Allah.Swt tidak pernah menjanjikan bahwa :
- Langit itu selalu biru
- Bunga selalu mekar
- Mentari selalu bersinar
Tapi ketahuilah bahwa DIA selalu memberi:
- Pelangi .....disetiap badai
- Senyum .....disetiap air mata
- Berkat .......disetiapcobaan
- Jawaban .....disetiap doa
Jangan pernah menyerah, terus berjuanglah,
"Li fe is so beautiful"
- Hidup adalah tantangan,....Hadapilah
- Hidup adalah anugerah,.... Terimalah
- Hidup adalah tugas,..........selesaikanlah
- Hidup adalah cita2,...........capailah
- Hidup adalah misteri,........singkapkanlah
- Hidup adalah kesempatan,.. ambillah
- Hidup adalah lagu,............nyanyikanlah
- Hidup adalah janji,............penuhilah
- Hidup adalah keindahan,...bersyukurlah
- Hidup adalah teka-teki,.....pecahkanlah
1 hal yang buat kita bahagia adalah cinta
1 hal yang buat kita tambah dewasa adalah masalah
1 hal yang buat kita hancur adalah....putusasa
1 hal yang buat kita maju adalah....usaha
1 hal yang buat kita kuat adalah....DOA
Semoga ALLAH senantiasa membimbing kita agar tetap istiqomah dalam melakukan kebaikan dan memberikan kelapangan hati kita untuk menjadikan kita pribadi yang luar biasa. Aamiinn...
(Cantumkan jika ada doa khusus agar kami para jamaah bisa mengaminkannya)
Silahkan Klik Like dan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH SWT.
GOLONGAN ORANG YANG SELALU DIDOAKAN OLEH MALAIKAT
Assalamu'alaikum
Bismillahirrahmanirrahim
"Sebenarnya (Malaikat-Malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perint ah-Nya.
Allah mengetahui segala apa yang ada di hadapan mereka dan yang ada di belakang mereka. Dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati-hati kerena takut kepada-Nya." (Q.S. Al-Anbiya' 26-28)
Lalu siapakah orang-orang yang selalu didoakan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat oleh para Malaikat? Mereka adalah :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk berwudlu' menjelang istirahat.
2. Orang yang duduk menunggu waktu Shalat. Dalam hal ini seseorang mensegerakan diri untuk bersiap-siap menunggu waktu Shalat sebelum adzan berkumandang.
3. Orang yang ada pada Shaf terdepan ketika Shalat berjemaah.
4. Orang yang menyambung Shaf (tidak membiarkan kosong) ketika Shalat berjema'ah.
5. Orang yang masih berada di tempat Shalatnya setelah selesai melakukan Shalat. Artinya ia menyempatkan diri untuk berdzikir & berdoa setelah menunaikan Shalat.
6. Orang yang Shalat berjemaah pada waktu Shubuh dan 'Ashar.
7. Orang yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama Muslim) tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya.
8. Orang yang suka berinfak.
9. Orang yang sedang makan sahur pada bulan Ramadhan.
10. Orang yang suka menjenguk saudaranya yang sedang sakit.
11. Orang yang suka mengajarkan serta menasehatkan kebaikan kepada orang lain.
Insya Allah kita termasuk golongan orang-orang yang demikian.
Aamiin
Senin, 16 September 2013
Mari simak arti ayat di sebuah surat Ar-Rahman
Pernahkah anda membaca surat Ar-Rahman ?
Surat ar-Rahman adalah surat ke 55 dalam urutan mushaf utsmany dan tergolong dalam surat Madaniyah serta berisikan 78 ayat.
Satu hal yang menarik dari kandungan surat ar-Rahman adalah adanya pengulangan satu ayat yang berbunyi :
"Fabiayyi 'aalaa i rabbikumaa tukadzibaan" (Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?).
Kalimat ini diulang berkali-kali dalam surat ini. Apa gerangan makna kalimat tersebut?
Surat ar-Rahman bagi saya adalah surat yang memuat retorika yang amat tinggi dari Allah.
Setelah Allah menguraikan beberapa ni’mat yang dianugerahkan kepada kita, Allah bertanya: "Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?".
Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata "dusta"; bukan kata "ingkari", "tolak" dan kata sejenisnya.
Seakan-akan Allah ingin menunjukkan bahwa ni’mat yang Allah berikan kepada manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya oleh manusia.
Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendustakannya.
Dusta berarti menyembunyikan kebenaran.
Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah diberi ni’mat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu; mereka mendustakannya!
Bukankah kalau kita mendapat uang yang banyak, kita katakan bahwa itu akibat kerja keras kita.
Kalau kita berhasil menggondol gelar Ph.D itu dikarenakan kemampuan otak kita yang cerdas.
Kalau kita mendapat proyek maka kita katakan bahwa itulah akibat kita pandai melakukan lobby.
Pendek kata, semua ni’mat yang kita peroleh seakan-akan hanya karena usaha kita saja. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiran Allah pada semua keberhasilan kita dan kita dustakan bahwa sesungguhnya ni’mat itu semuanya datang dari Allah.
Maka ni’mat Tuhan yang mana lagi yang kita dustakan!
Anda telah bergelimang kenikmatan, telah penuh pundi-pundi uang anda, telah berderet gelar di kartu nama anda, telah berjejer mobil di garasi anda.
Ingatlah baik2, anda dustakan atau tidak, semua ni’mat yang anda peroleh hari ini akan ditanya oleh Allah nanti di hari kiamat!
"Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan ni’mat yang kamu peroleh saat ini" ( QS 102:8 )
Sudah siapkah anda menjawab serta mempertanggung jawabankannya ???
Allah berfirman : FAIN TAUDDU NI’MATALLAHI LA TUKHSUUHA
Apabila kamu menghitung nikmat Allah ( yang diberikan kepadamu ) maka engkau tidak akan mampu (karena terlalu banyak).
Tidak patutkah anda bersyukur kepadaNYA ?
Mari mengucap Alhamdulillah sebagai bagian dari rasa syukur kita
Wassalam,
Insya Allah Bermanfaat
Sampaikanlah kepada orang lain, maka ini akan menjadi Shadaqah Jariyah pada setiap orang yang Anda kirimkan pesan ini. Dan apabila kemudian dia mengamalkannya, maka kamu juga akan ikut mendapat pahalanya sampai hari kiamat...
Ada 2 pilihan untuk Anda:
1. Biarkan di dalam BBM, catatan atau pikiran Anda tanpa bermanfaat untuk orang lain.
2. Anda sebarkan pada semua kenalan anda. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkan, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala.
SUBHANALLAH...
Kamis, 05 September 2013
EMPAT TINGKATAN BERWUDHU
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Wudhu memiliki empat tingkatan kualitas. Bagaimanakah kualitas wudhu kita?
Dalam tradisi Islam berwudhu merupakan salah satu inti dari sebuah ajaran islam. Dalam kitab-kitab klasik Islam, berwudhu (taharah) termasuk bab-bab awal yang ditekankan oleh ulama untuk memahaminya secara menyeluruh.
Karena berwudhu ini menjadi sangat penting dan bahkan kunci dalam beribadah. Maka tidak sah, ibadah yang kita lakukan tanpa dengan berwudhu (bersuci).
Imam Al Ghozali menjelaskan secara cerdas membahas bab toharoh(bersuci) di Kitab Mursyidul Amin-nya bahwa dalam melaksanakan wudhu adalah kunci ibadah. Artinya, tidak akan sah ibadah tanpa berwudhu.
Selain itu Imam Al Ghozali juga membuat tingkatan-tingkatan wudhu yang dilakukan oleh seorang muslim. Tidak bisa seorang muslim mencapai derajat yang tertinggi sebelum melewati derajat yang terendah. Yuk kita lihat..,
1. Wudhu untuk membersihkan dari hadas (kotoran dan najis) ...
Inilah tingkatan terendah dari kualitas wudhu seorang muslim. Pernah mendengar pertanyaan, “mengapa yang buang angin dibelakang, tetapi yang disiram bukan bagian itu tetapi bagian yang lain?”.
Salah satu esensi berwudhu adalah menghilangkan hadast (kotoran dan najis). Membersihkan anggota fisik dari kotoran. Apabila kita buang air kecil, air seni ya disiram dan membersihkan air seni tersebut yang menempel di tubuh kita. Kalau ada kotoran seperti daki, bekas cat, dll. Ini adalah tingkatan terendah wudhu seseorang. Menghilangkan kotoran dan najis dari fisik kita.
Secara sederhana, tingkatan wudhu dalam kondisi ini contohnya adalah, ketika kita berkumur di mulut sambil menggosok-gosokan gigi dan menghilangkan kotoran sisa makanan di gigi. Begitu juga ketika membersihkan hidung, kita harus bersungguh dalam mengeluarkan kotoran hidung kita secara sempurna. Begitupun untuk seluruh anggota wudhu.
2. Wudhu untuk membersihkan anggota badan (fisik) dari perilaku dan dosa ...
Tingkatan berikutnya dalam berwudhu adalah wudhu untuk membersihkan anggota badan fisik dari perbuatan dan tindakan tercela. Bukan hanya membersihkan dari kotoran semata, wudhu perilaku ini sambil menghayati setiap membersihkan anggota wudhu kita juga berdo’a dan berharap kepada Allah untuk terhindar dari perilaku anggota wudhu tersebut.
Contohnya, ketika kita membersihkan mulut tidak hanya membersihkan kotoran tetapi juga sambil berdo’a dalam hati “Ya Allah bersihkanlah mulut ini dari omongan yang menyakiti hati orang lain, perkataan yang tidak berguna dan suka membicarakan keburukan orang lain”.
Begitu juga ketika kita membersihkan wajah kita, dalam hati kita berdo’a “ Ya Allah hindarilah mata ini dari melihat, mencium dan mengatakan yang tidak halal”. Begitupun seterusnya untuk anggota wudhu lainya.
3. Wudhu untuk membersihkan hati dari ahlak tercela ...
Setelah dua tingkatan tersebut, tingkatan wudhu berikutnya adalah me-wudhukan hati dan perasaan kita dari sifat-sifat hati yang dilarang Allah. Berwudhu pada tingkatan ini, kita harus berusaha membersihkan hati dari sidat iri, dengki, ujub, riya dsb yang merupakan kotoran-kotoran hati. Wudhu ini sulit dilakukan. Kita tidak bisa melewati tingkatan di wudhu ini tanpa melewati dua tingkatan wudhu di atas.
4. Wudhunya Para Nabi dan shadiqin ...
Ini tingkatan wudhu yang paling akhir dengan derajat paling tinggi. Yaitu wudhunya para nabi dan shadiqqin.Tidak bisa dibayangkan seperti apa sempurna-nya wudhu Para Nabi dan shadiqqin ini, selain menyempurnakan wudhu dengan pembersihan fisik dari kotora , perilaku tercela dan hati yang tidak baik, Para Nabi menyempurnakan wudhu-nya ini dengan membersihkan segala sesuatu yang mengotori pengabdianya kepada Allah SWT.
Termasuk kondisi tidak khusyuk, (saya semakin sulit menjelaskanya, karena dialah yang merasakanya).
Dengan mempelajari empat tingkatan berwudhu yang disampaikan oleh Imam Ghozali, kita berusaha bercermin, Bagaimana kualitas wudhu kita?.
ibadah ini menjadi refleksi bagi kita betapa kualitas wudhu kita selama ini hanya sebagi rutinitas dan kewajiban semata ? atau kita ikut menghayati makna wudhu sebagai media untuk terus memperbaiki diri. Keep wudhu! ...
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
Selasa, 03 September 2013
Penyebab Sulit Dekat dengan Alloh
Penyebab Sulit Dekat dengan Alloh
Adalah sibuknya mencari kedudukan di hati manusia
Semakin ingin dipuji,
Ingin diakui kemampuannya,
Ingin diketahui keluasan ilmunya
Ingin dikagumi "kelebihan-kelebihan"nya
Ingin dianggap sebagai orang yg sabar dan tabah
Ingin diakui dan dihargai sebagai orang yg berjasa,
Da lain-lain..
Semakin kuat keinginan kita untuk berkedudukan di hati makhluk, berarti kita tak peduli dengan kedudukan di sisi Alloh
Padahal kecukupan, kebahagiaan dan kemuliaan hanya akan ada bagi orang yang berkedudukan di sisi-Nya,
Dia-lah satu-satunya penguasa segala karunia, amat mudah bagi-Nya mengangkat dan memberi kedudukan di hati makhluk, namun semua itu adlah urusan-Nya bukan urusan kita
Urusan kita adalah fokus hanya mencari ridho-Nya dari sekecil apapun yang kita lakukan
Hasbunalloh wani'mal wakiil ni'mal maulaa wa ni'mannashiir

Kematian Guru Terbaik Dalam Kehidupan
Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa beliau berkata :"Kematian adalah guru terbaik dalam kehidupan, sedikit saja kita lalai dari mengingat kematian maka kita akan kehilangan guru terbaik dalam kehidupan…
Dia datang dengan tiba-tiba tanpa kenal permisi.. Apakah kita siap menyambut kedatangan sang malaikat maut ? adakah kita siap menyongsong malam pertama di alam kubur?….
Bergabunglah di www.facebook.com/INGATLAHDOSA
#Mohon bagi Saudara/i sekalian untuk menandai ataupun membagikan seluruh Updatean ini kepada Saudara/i mu , /pun kepada fun page-fun page yang ikut andil dalam mensukseskan Dakwah Sayyidina Muhammad SAW..
Semoga Pahala kebaikan rahmat dan kesejahteraan dari-Nya SWT untuk yang mensyiarkan UPDATEAN ini dan untuk orang yang membacanya ...

Hidup Ini Hanyalah Kontrak
Habib Munzir dalam hal ini bercerita bahwa hidup ini tidak abadi, hanya bersifat sementara dan ingatlah dosa selama hidup didunia ini.
Wahai Jiwaku yang berlumuran dengan dosa , ingatlah bahwa didalam kehidupan ini kita sebatas kontrak, dan dalam waktu yang tidak dapat kita duga (mungkin 1 jam mendatang, atau mungkin 1 tahun, atau bahkan lebih dari waktu yang kita perkirakan) bagaimanapun nanti tetap saja kita harus mengembalikan kontrak hidup kita kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan ini yaitu Rabbul‘alamin Subhanahu Wata‘ala..
Dan Ingatlah akan kematianmu , dan ingatlah akan dosa-dosaku wahai Jiwaku yang hina dina , Wahai Jiwaku yang kotor , Wahai Jiwaku yang selalu aku berusaha kembali dan mendekat kepada Rabbul‘alamin Subhanahu Wata‘ala ketika usainya dari berbuat dosa dan hina, dan terfikirkan bahwa untuk apa dirimu berbuat dosa jika setelahnya jiwa yang kotor ini ingin mendekat kembali kepada Rabbul‘alamin Subhanahu Wata‘ala..
Ingatlah akan kematianmu , bahwa setiap detik dalam kehidupan kita adalah lamaran cinta ALLAH Subhanahu Wata‘ala agar diri ku dan dirimu mau menerima lamaran cinta Sang Maha Pencipta dan Pemilik Cinta (Yaitu ALLAH)..
Ya Allah kami memohon kepada Mu kemudahan Dunia dan Akhirah , kemudahan dalam menjalankan perintah Mu , kemudahan dalam setiap detak jantung dan hembusan nafas untuk selalu mengingat nama Mu YA ALLAH dan yang barangkali ada dianatara kami yang mungkin semakin hari kami semakin melupakan nama Mu Ya Allah.. namun hanya Engkaulah Wahai Tuhan kami yang Menghendaki hal tsb, maka Wahai Yang Maha Memudahkan , mudahkanlah kami untuk selalu mengingat dan menyebut nama Mu YA ALLAH...YA ALLAH...
Dan barang kali diantara kami Engkau masih permudah jiwa-jiwa kami untuk selalu mendekati hal-hal yang hina, gantikanlah Wahai Yang Maha mengubah keadaan dengan kesuciaan dunia dan akhirah..
Maka kami memohon pula kepada Mu kemudahan dalam mendekati taubat , cahaya taubat yang menyinari hari-hari kami dan tidak mungkin kami dapat capai kecuali Kehendak Mu Wahai Yang Maha Memudahkan hamba-hamba Nya dalam mencapai tangga-tangga keluhuran...
Wahai Yang Maha Memudahkan (terus ucapankan Wahai Yang Maha Memudahkan dan ulang-ualnginya agar ALLAH membuka cahaya untuk kita), maka kami memohon permudahlah bagi kami yang barang kali di detik ini masih terbesit untuk berbuat dosa dan hina , maka Mudahkanlah untuk jiwa-jiwa yang seperti itu untuk menjauhi hina dan dosa, Mudahkanlah Wahai Yang Maha memudahkan dengan kemudahan Yang datangnya seperti kilatan halilintar agar kami mendekati kemuliaan , mendekati dan mau duduk bersama dengan para Pecinta Kemuliaan Dunia dan akhirah yaitu mereka para PECINTA MAULID NABI SAW , yaitu mereka para PECINTA DZIKIR , yaitu mereka para PECINTA MAJELIS-MAJELIS YANG MENCINTAI SAYYIDINA MUHAMMAD SAW...
ALLAHUMMA AQBIL BIQULUUBIHIM |Wahai Allah datangkan hati mereka.. Datangkanlah hati mereka untuk membantu dakwah Sayyidina Muhammad Saw ...
Gabung dan Syiarkanlah www.facebook.com/INGATLAHDOSA (Syiarkanlah melalui SMS, BBM, Atau dengan lainnya)
Dan Hadirlah disetiap acara-acara Majelis Rasulullah SAW , info jawdwal Mejelis Rasulullah SAW dapat dilihat di www.majelisrasulullah.org
Pengorbanan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Untuk Umat
ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca ayat alqur'an (ucapan nabiyullah Ibrahim As):
"Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala- berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ibrahim: 36)
Kemudian Rasulullah membaca ayat al qur'an lagi (ucapan nabi Isa As):
" Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana " ( QS. Al Maidah : 118 )
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengangkat kedua tangannya, menangis dan berdoa:
"Wahai Allah, tolonglah ummatku, tolonglah ummatku"
Kemudian malaikat Jibril As turun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata:
"Wahai Rasul, Allah bertanya apa yang membutmu menangis?" Allah subhanahu wata'ala Maha Tau keadaan beliau- , namun Allah mengutus Jibril As kepada Rasulullah agar beliau mengeluarkan isi hatinya,
apa yang menyebabkan beliau menangis.
Maka Rasulullah berkata:
"Nabi Ibrahim As berlepas diri dari ummatnya yang pendosa, begitu pula nabi Isa As, namun aku tidak bisa begitu saja melepaskan diri dari ummatku yang pendosa, aku tidak mampu mengatakan seperti yang telah diucapkan nabi Ibrahim dan nabi Isa (QS. Ibrahim: 36 dan QS. Al Maaidah: 118)".
Maka malaikat Jibril kembali kepada Allah dan Allah subhanahu wata'ala memberi salam kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian malaikat kembali kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, wahai Rasulullah Allah subhanahu wata'ala telah menyampaikan kepadamu:
" Kami telah meridhoi umat-mu dan tidak akan menyakitimu"
Maka di saat itu tenanglah perasaan nabi shallallahu 'alaihi wasallam, namun sebelum itu beliau menangis karena tidak bisa berlepas diri dari ummatnya yang berdosa, beliau masih ingin menyelamatkannya, maka Allah berikan hak syafaat kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk ummatnya yang pendosa,
inilah idola kita yang sesungguhnya Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam..
Cintailah , kenalilah wahai Saudara/i ku yang dimuliakan ALLAH, kenalilah Sejarah hidup beliau , Demi ALLAH kalian akan menangis rindu jika kalian telah mengenal SAYYIDINA MUHAMMAD SAW...
Penelitian Buah Semangka
ALLAHU AKBAR!!!
Sebuah penelitian sederhana yang dilakukan saudara kita kurniawan dan bisa Antum coba buktikan sendiri , Masya Allah, ternyata buah semangka yang saudara
Kurniawan perdengarkan murottal Al Qur'an selama 3 jam 26 menit masih terlihat segar walau sudah dibiarkan selama 4 hari...
Dan berbeda dengan buah semangka yang di perdengarkan MUSIK selama 3 jam 42 menit, membusuk parah sekali.
Satu pembelajaran yang baik untuk kita buktikan dan menjadi penambah keimanan..

Macam-Macam Azab Kubur

Kamis, 29 Agustus 2013
RENUNGAN !!
“JANGANLAH SUATU DOSA YANG TERLIHAT BEGITU BESAR BAGIMU, MERINTANGIMU DARI BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH. SESUNGGUHNYA SIAPA YANG MENGENAL TUHANNYA, AKAN MENGANGGAP DOSANYA TAK SEBERAPA DIBANDING KEMURAHAN-NYA”.
Allah telah menciptakan kita dengan dibekali kemampuan melakukan perbuatan yang baik dan buruk. Dia juga memberi kita pengetahuan untuk membedakan dan memilih secara tepat. Semakin kita merenungkan cara-cara sempurna, rencana-rencana, rahmat dan kemurahan-Nya yang terus-menerus, maka semakin tinggi pula kesadaran kita, dan semakin kita merasakan kehadiran-Nya. Walhasil, kelalaian dan perbuatan buruk kita akan mengantarkan kepada terbukanya pengetahuan, kebijaksanaan, dan kepuasan abadi dalam anugerah, kekuasaan, dan pengampunan-Nya yang kekal.
Kenapa orang Non Muslim banyak yang kaya sedangkan orang muslim banyak yang miskin?
Kenapa orang Non Muslim banyak yang kaya sedangkan orang muslim banyak yang miskin?
JAWAB
Saya masuk menemui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan beliau sedang berbaring miring di atas tikar pandan kecil yang bersulam, dan di bawah kepalanya bantal dari kulit berisikan rumput kering. Lalu beberapa orang dari sahabatnya datang di antaranya adalah Umar bin Khaththab, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun bangkit menggeser tubuhnya yang sedang terbuka bajunya. Umar bin Khaththab tak sanggup menahan tangisnya ketika melihat bentuk sulaman tikar yang membekas di tubuh bagian samping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya, "Mengapa engkau menangis, wahai Umar?"
Umar menjawab, "Demi Allah, saya tidak menangis kecuali tahu bahwa engkau lebih Allah muliakan daripada Kisra dan Qaishr. Mereka hidup dalam kesenangan, sementara engkau, Rasulullah, di tempat yang saya lihat?"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Apakah engkau tidak rela dunia menjadi milik mereka dan akhirat untuk kita?"
Umar menjawab, "Ya, aku rela."
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Begitulah yang benar"
Subhanallah..
Tolong Bagikan Status ini ke sahabat Yang lainnya ya.. Insya Allah dapat Pahala..
Rasulullah shallallahu álaihi wasallam bersabda :
“Barang siapa Menunjukkan kepada Kebaikan. Maka ia memperoleh Pahala yang sama seperti yang melakukan atau mengamalkan Kebaikan itu.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Rosulullah SAW Bersabda tentang 4 HAL !!
Nabi Muhammad SAW bersabda :
1. Empat hal yg membuat Badan Sakit :
- kebanyakan Bicara
- kebanyakan Tidur
- kebanyakan Makan
- kebanyakan Bertemu Orang
2. Empat hal yg merusak Tubuh :
- Khawatir/Cemas
- Kesedihan
- Kelaparan
- Tidur Larut Malam
3. Empat hal yg membuat Murung dan Kesedihan :
- Bohong
- Kurang Ajar atau tidak hormat
- Berdebat tanpa Pengetahuan atau Informasi yg memadai
- Amoral atau melakukan sesuatu tanpa rasa Takut
4. Empat hal yg meningkatkan Wajah Berseri dan Kebahagiaan :
- Kesalehan
- Loyalitas
- Kedermawaan
- Menolong sesama dg Ikhlas tanpa diminta hny harap Ridho ilahi
5. Empat hal yg Memberhentikan Rezeki :
- Tidur dipagi hari dari Sholat Subuh hingga Matahari Bersinar
- Tidak melakukan Sholat/Berdoa secara teratur
- Malas
- Penghianatan atau Ketidakjujuran
6. Empat hal yg membawa Rezeki :
- Berdoa dimalam hari
- Tobat
- Beramal
- Berdzikir
Nabi Muhammad SAW jg bersabda :
"Hiasi Jiwamu dg Shalat, Zikir and Al-Quran krn Satu ayat Al-Quran pd Hari Akhir
kan memberi Safaat.
Jika kmu Susah, janganlah merasa Pilu, karena Ada Allah tempat Mengadu.
Jika kmu Gagal, janganlah berputus Asa. karena Ada Allah tempat Meminta.
dan Jika kmu Bahagia, Janganlah kmu menjadi Lupa,
Karena hanya Allah lah tempat kta memuja dan mengucapkan syukur ..
sungguh allah mengetahui apa yang ada didalam hatimu Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Subhanallah
Rabu, 28 Agustus 2013
Rezaki
Rezeki bukan hanya makanan dan uang.
Rasulullah shalallahu alaihi wassallam bersabda , “dua nikmat (rezeki) yang sering dilupakan kebanyakan orang adalah "kesehatan" dan "kesempatan” (HR Bukhari).
Dalam hidup ini, ada dua jenis rezeki yang diberikan Allah subhana wa Ta'ala kepada manusia:
1. Rizqi kasbi (bersifat usaha)
Rizqi kasbi diperoleh lewat jalur usaha dan kerja. Terutama jika menyangkut kekayaan dunia, rezeki jenis ini tidak mensyaratkan kualitas keimanan penerimanya. Tidak jarang kita jumpai orang yang ingkar kepada Allah tetapi hidupnya sukses.
Selain sebagai hasil kerja, karena rizqi kasbi memang berasal dari sifat rahman atau pemberian Allah. Rumusnya, siapa mau berusaha, dia akan dapat. Karena itu, rezeki berupa kekayaan dunia tidak selalu mencerminkan cinta Allah kepada pemiliknya. Juga karena kekayaan harta memang tidak bernilai di hadapan Allah. “Sekiranya bobot kenikmatan dunia di sisi Allah seberat sayap nyamuk, maka Dia tidak akan memberi minum kepada orang kafir meski hanya seteguk air” (HR Tirmidzi).
2. Rizqi wahbi (hadiah).
Lain dari itu adalah rizqi wahbi. Rezeki ini datangnya di luar prediksi pikiran manusia. Kadang malah tidak memerlukan jerih payah. Pegawai rendahan bisa saja memiliki harta melimpah. Kiai desa yang miskin papa mendadak mendapatkan biaya haji dari pemerintah. Itulah rizqi wahbi. Perolehannya lebih karena sifat rahim atau kasih sayang Allah.
Itulah kenapa yang paling berpeluang mendapatkan rizqi wahbi adalah hamba yang bertakwa. Kesuksesan orang bertakwa itu lebih ditentukan oleh kualitas keimanannya daripada profesinya.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya” (QS At-Thalaq: 2-3).
Rasulullah shalallahu alaihi wassallam menyatakan, istighfar secara rutin dapat mengundang rezeki dari arah yang tidak kita duga. “Barangsiapa melanggengkan istighfar, Allah akan melapangkan kegalauannya, memberikan solusi atas kerumitannya, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak dia sangka sebelumnya” (HR Ibnu Majah).
Rezeki bukan melulu harta. Hidup dijauhkan dari kemaksiatan adalah rezeki ...
Juga gairah untuk beribadah. Kemudahan menyerap ilmu jelas rezeki...
Kesempatan beraktualisasi diri juga rezeki ...
Dan termasuk rezeki adalah ketika kita dihidupkan dalam lingkungan yang baik apalagi memiliki keluarga yang sakinah serta putra putri yang soleh bermanfaat ...
Banyak orang stress akibat ditimpa problem keluarga. Seperti diingatkan Allah, “Wahai orang-orang beriman, sungguh di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah terhadap mereka” (QS At-Taghabun: 14).
Ayat di atas jelas menegaskan bahwa istri dan anak potensial membuat hidup manusia merana. Harta yang melimpah tidak mampu menghapus duka ketika badai rumah tangga melanda. Begitu juga ketika penyakit mendera. Hidup kehilangan gairah. Berpenampilan serba mewah tetapi hati selalu berselimut duka.
Marilah perbanyak syukur atas segala nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita , terlebih nikmat iman, nikmat sehat dan nikmat kesempatan beramal soleh.
Atas buah kecintaan kita kepada Allah, niscaya Allah anugerahkan ketenteraman hati , rezeki (secara luas) yang berkah serta cinta kepada sesama.
Semoga bermanfaat, dan rahmat Allah senantiasa menyertai kita. Aamiin ya Robbal alamin.
Selasa, 27 Agustus 2013
Mari Sampaikan Islam Dengan Cinta
Mari Sampaikan Islam Dengan Cinta
Oleh : Ustadz Yusuf Mansyur
◦ Bila Anda ingin menikah hanya karena ada yang bisa mijitin, lebih baik menikahlah dengan tukang pijit.
◦ Bila Anda ingin menikah hanya karena ada yang bisa nyuciin baju, lebih baik menikahlah dengan tukang cuci.
◦ Bila Anda ingin menikah hanya karena ada yang bisa masakin, lebih baik menikahlah dengan tukang masak.
◦ Bila Anda ingin menikah hanya karena ada yang bisa mengatur keuangan, lebih baik menikahlah dengan tukang kredit.
◦ Bila Anda ingin menikah hanya karena ada yang bisa merawat dan membersihkan rumah, lebih baik menikahlah dengan tukang sapu.Namun...
◦ Bila Anda ingin menikah hanya karena ingin mencari keridhoan-Nya, menjaga kehormatan dan membangun peradaban maka menikahlah dengan wanita sholihah.
‘‘...Dan sebaik² perhiasan dunia, dialah wanita sholihah...’’
◦ Dia adalah seorang wanita yang menarik jika suami menatapnya, patuh saat suami menyuruhnya dan tidak menyalahi suami dalam hal yang tidak dia sukai dari dirinya dan dalam urusan hartanya.
Semoga Allah melancarkan dan meridhai serta membukakan pintu jodoh bagi siapa saja yang belum punya jodoh.
Berdoalah kepada Allah, hanya Allah-lah yang dapat memberikan semua hajat apa yang kita inginkan, termasuk dalam urusan jodoh.
Dan memantapkan hati untuk menikah hanya untuk mencari keridhoan Allah.
Dan juga yang belum punya anak keturunan segera mendapatkan anak keturunan.
Serta yang lagi pengen usahanya meningkat, tanpa hutang yang menumpuk, dipermudahkan, dan diperlancarkan oleh Allah.
Semoga Allah mengabulkan doa kita semua.
Aamiin...
Jangan jadikan biarkan kebencian menguasai kita
كَرَاهِيةُ الآخَرِيْن تُشَبِّهُ إِشْعَالَ النَّار فيِ المَنْزِل لِلتخَلُّصِ مِنَ الفَأْرِ
Kebencian kepada orang lain itu seperti membakar rumah, padahal hanya untuk menyingkirkan tikus.
الكَرَاهِيةُ كَالحَمْض تُدْمِرُ الإِنَاء الَّذِي يَحْتَوِيهَا
Kebencian itu seperti garam yg lama kelamaan akan menghancurkan kapal yang membawanya.
فَاغْفِرْ لأَِيِّ شَخْصٍ أَخْطَأَ بِـحَقِّكَ، وَوَاصِلْ حَيَاتَكَ
Maka maafkan siapa pun yang berbuat salah kepada anda, kemudian move on!

Jumat, 23 Agustus 2013
KISAH NABI MUSA DAN WANITA PENZINAH
Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahawa dia berada dalam keadaan yang berdukacita. Tudungnya hampir menutup seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan menghiasi tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan rauk wajahnya yang ayu, tidak dapat menghapuskan kesan kepedihan yang dialaminya. Dia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu perlahan-lahan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam “Silakan masuk”.
Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus tunduk. Air matanya berderai ketika mula berkata, “Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.”
“Apakah dosamu wahai wanita?” tanya Nabi Musa a.s. terkejut.
“Saya takut mengatakannya.” jawab wanita cantik itu. “Katakanlah jangan ragu-ragu!” desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun berkata, “Saya… telah berzina."
Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, “Dari perzinaan itu saya telah hamil. Setelah anak itu lahir, terus saya cekik lehernya sampai mati,” ucap wanita itu lalu menangis teresak-esak. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia mengherdik, “Perempuan celaka, pergi kamu dari sini! Agar bala dari Allah tidak jatuh ke dalam rumahku kerana perbuatanmu. Pergi!” teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata kerana jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah keluar. Ratap tangisnya amat memilukan. Dia tidak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Dia tidak tahu mahu dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Dia tidak tahu bahawa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa.
Jibril lalu bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?” Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?” Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. “Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?”
“Ada!” jawab Jibril dengan tegas. “Dosa apakah itu?” tanya Musa a.s. “Orang yang meninggalkan solat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina.”
Mendengar penjelasan itu, Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk berjumpanya kembali. Nabi Musa memohonkan ampun kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa menyesal adalah sama seperti mengakui bahawa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak mempunyai hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.
Sedangkan orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh memberikan maksud yang dia masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahawa Allah itu berhak keatas dirinya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mahu menerima kedatangannya.
Malah dalam satu hadis Nabi s.a.w. berkata
“sesiapa yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja, maka ia kafir terang-terangan”
(H.R. Atthabarani)
Dalam hadis Nabi s.a.w. disebutkan:
“Orang yang meninggalkan solat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Quran, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka’bah. Dalam hadis yang lain disebutkan bahawa orang yang meninggalkan solat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan diseksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah lapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akhirat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.”
Sujudlah kepadaNya tanpa alasan
Al-Ghazzali berkata: “Jika ada orang berkata, bahawa ia telah mencapai satu tingkat disisi Allah s.w.t. hingga ia tidak wajib sembahyang, maka tidak ragu dibunuh orang itu, dan membunuh orang yang seperti itu lebih afdal dari pada membunuh 100 orang kafir.”
Ahmad bin Hanbal berkata: “Tidak sah berkahwin dengan wanita yang meniggalkan sembahyang, tetapi dalam mazhab kami, berkahwin dengan wanita kitabiyah dzimmiyah lebih baik daripada berkahwin dengan wanita yang meniggalkan sembahyang.”
Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita penzina, mudah-mudahan menjadi pengajaran kepada kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban solat dengan istiqomah.
HUKUMAN PELAKU ZINA
بَابُ حَدِّ اَلزَّانِيِ
Hadits No. 1233
Dari Abu Hurairah dan Zaid Ibnu Kholid al-Juhany bahwa ada seorang Arab Badui menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, dengan nama Allah aku hanya ingin baginda memberi keputusan kepadaku dengan Kitabullah. Temannya berkata -dan ia lebih pandai daripada orang Badui itu-: Benar, berilah keputusan di antara kami dengan Kitabullah dan izinkanlah aku (untuk menceritakan masalah kami). Beliau bersabda: "Katakanlah." Ia berkata: Anakku menjadi buruh orang ini, lalu ia berzina dengan istrinya. Ada orang yang memberitahukan kepadaku bahwa ia harus dirajam, namun aku menebusnya dengan seratus ekor domba dan seorang budak wanita. Lalu aku bertanya kepada orang-orang alim dan mereka memberitahukan kepadaku bahwa puteraku harus dicambuk seratus kali dan diasingkan setahun, sedang istri orang ini harus dirajam. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya, aku benar-benar akan memutuskan antara engkau berdua dengan Kitabullah. Budak wanita dan domba kembali kepadamu dan anakmu dihukum cambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun. Berangkatlah, wahai Anas, menemui istri orang ini. Bila ia mengaku, rajamlah ia." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.
َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه وَزَيْدِ بْنِ خَالِدٍ اَلْجُهَنِيِّ رَضِيَ اَللَّهُ عنهما ( أَنَّ رَجُلًا مِنَ اَلْأَعْرَابِ أَتَى رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! أَنْشُدُكَ بِاَللَّهِ إِلَّا قَضَيْتَ لِي بِكِتَابِ اَللَّهِ, فَقَالَ اَلْآخَرُ - وَهُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ - نَعَمْ فَاقَضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اَللَّهِ, وَأْذَنْ لِي, فَقَالَ: قُلْ قَالَ: إنَّ اِبْنِي كَانَ عَسِيفًا عَلَى هَذَا فَزَنَى بِاِمْرَأَتِهِ, وَإِنِّي أُخْبِرْتُ أَنْ عَلَى اِبْنِي اَلرَّجْمَ, فَافْتَدَيْتُ مِنْهُ بِمَائَةِ شَاةٍ وَوَلِيدَةٍ, فَسَأَلَتُ أَهْلَ اَلْعِلْمِ, فَأَخْبَرُونِي: أَنَّمَا عَلَى اِبْنِيْ جَلْدُ مَائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ, وَأَنَّ عَلَى اِمْرَأَةِ هَذَا اَلرَّجْمَ, فَقَالَ رَسُولُ ا للَّهِ صلى الله عليه وسلم وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ, لَأَقْضِيَنَّ بَيْنَكُمَا بِكِتَابِ اَللَّهِ, اَلْوَلِيدَةُ وَالْغَنَمُ رَدٌّ عَلَيْكَ, وَعَلَى اِبْنِكَ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ, وَاغْدُ يَا أُنَيْسُ إِلَى اِمْرَأَةِ هَذَا, فَإِنْ اِعْتَرَفَتْ فَارْجُمْهَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, هَذَا وَاللَّفْظُ لِمُسْلِم
Hadits No. 1234
Dari Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambillah (hukum) dariku. Ambillah (hukum) dariku. Allah telah membuat jalan untuk mereka (para pezina). Jejaka berzina dengan gadis hukumannya seratus cambukan dan diasingkan setahun. Duda berzina dengan janda hukumannya seratus cambukan dan dirajam." Riwayat Muslim.
َوَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ اَلصَّامِتِ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( خُذُوا عَنِّي, خُذُوا عَنِّي, فَقَدْ جَعَلَ اَللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلاً, اَلْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ, وَنَفْيُ سَنَةٍ, وَالثَّيِّبُ بِالثَّيِّبِ جَلْدُ مِائَةٍ, وَالرَّجْمُ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Hadits No. 1235
Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang dari kaum muslimin menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau sedang berada di masjid. Ia menyeru beliau dan berkata: wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina. Beliau berpaling darinya dan orang itu berputar menghadap wajah beliau, lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina. Beliau memalingkan muka lagi, hingga orang itu mengulangi ucapannya empat kali. Setelah ia bersaksi dengan kesalahannya sendiri empat kali, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memanggilnya dan bersabda: "Apakah engkau gila?". Ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya: "Apakah engkau sudah kawin?". Ia menjawab: Ya. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "bawalah dia dan rajamlah." Muttafaq Alaihi.
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( أَتَى رَجُلٌ مِنْ اَلْمُسْلِمِينَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم -وَهُوَ فِي اَلْمَسْجِدِ- فَنَادَاهُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنِّي زَنَيْتُ, فَأَعْرَضَ عَنْهُ, فَتَنَحَّى تِلْقَاءَ وَجْهِهِ, فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنِّي زَنَيْتُ, فَأَعْرَضَ عَنْهُ, حَتَّى ثَنَّى ذَلِكَ عَلَيْهِ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ, فَلَمَّا شَهِدَ عَلَى. نَفْسِهِ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ. دَعَاهُ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ أَبِكَ جُنُونٌ? قَالَ لَا قَالَ: فَهَلْ أَحْصَنْتَ? قَالَ: نَعَمْ فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم اِذْهَبُوا بِهِ فَارْجُمُوهُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Hadits No. 1236
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Ketika Ma'iz Ibnu Malik menghadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bertanya kepadanya: "Barangkali engkau cium, atau engkau raba, atau engkau pandang?". Ia berkata: Tidak, wahai Rasulullah. Riwayat Bukhari. Kelanjutannya adalah: "Apakah engkau menyetubuhinya?" Kali ini Rasulullah tidak menggunakan kata majas. Ma'iz menjawab: Ya. Setelah itu maka Rasulullah memerintahkan agar ia dirajam. Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad dan Abu Dawud.
َوَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( لَمَّا أَتَى مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لَهُ: لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ, أَوْ غَمَزْتَ, أَوْ نَظَرْتَ? قَالَ: لَا يَا رَسُولَ اَللَّهِ ) رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ
Hadits No. 1237
Dari Umar Ibnu al-Khaththab Radliyallaahu 'anhu bahwa ia berkhutbah sembari berkata: Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad dengan (membawa) kebenaran dan menurunkan Kitab kepadanya. Di antara yang Allah turunkan kepadanya adalah ayat tentang rajam. Kita membacanya, menyadarinya, dan memahaminya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melakukan rajam dan kita pun setelah itu melakukannya. Aku khawatir jika masa yang panjang telah terlewati manusia ada orang yang akan berkata: Kami tidak menemukan hukum rajam dalam Kitab Allah. Lalu mereka sesat dengan meninggalkan suatu kewajiban yang diturunkan Allah. Dan sesungguhnya tajam itu benar-benar ada dalam Kitab Allah, yang ditimpakan pada orang yang berzina jika ia telah kawin, baik laki-laki maupun perempuan, terdapat bukti, atau hamil, atau dengan pengakuan. Muttafaq Alaihi.
َوَعَنْ عُمَرَ بْنِ اَلْخَطَّابِ رضي الله عنه ( أَنَّهُ خَطَبَ فَقَالَ: إِنَّ اَللَّهَ بَعَثَ مُحَمَّدًا بِالْحَقِّ, وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ اَلْكِتَابَ, فَكَانَ فِيمَا أَنْزَلَ اَللَّهُ عَلَيْهِ آيَةُ اَلرَّجْمِ. قَرَأْنَاهَا وَوَعَيْنَاهَا وَعَقَلْنَاهَا, فَرَجَمَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَرَجَمْنَا بَعْدَهُ, فَأَخْشَى إِنْ طَالَ بِالنَّاسِ زَمَانٌ أَنْ يَقُولَ قَائِلٌ: مَا نَجِدُ اَلرَّجْمَ فِي كِتَابِ اَللَّهِ, فَيَضِلُّوا بِتَرْكِ فَرِيضَةٍ أَنْزَلَهَا اَللَّهُ, وَإِنَّ اَلرَّجْمَ حَقٌّ فِي كِتَابِ اَللَّهِ عَلَى مَنْ زَنَى, إِذَا أُحْصِنَ مِنْ اَلرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ, إِذَا قَامَتْ اَلْبَيِّنَةُ, أَوْ كَانَ اَلْحَبَلُ, أَوْ اَلِاعْتِرَافُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadits No. 1238
Abu Hurairah berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila budak wanita seorang di antara kamu jelas-jelas berzina, hendaknya ia memukulnya dengan cambuk dengan hitungan tertentu dan tidak mencaci maki kepadanya. Lalu jika ia berzina lagi, hendaknya ia memukulnya dengan cambuk dengan hitungan tertentu dan tidak mencercanya. Kemudian jika ia berzina untuk yang ketiga dan sudah jelas buktinya, hendaknya ia menjualnya walaupun dengan harga selembar rambut." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: ( "إِذَا زَنَتْ أَمَةُ أَحَدِكُمْ, فَتَبَيَّنَ زِنَاهَا, فَلْيَجْلِدْهَا اَلْحَدَّ, وَلَا يُثَرِّبْ عَلَيْهَا, ثُمَّ إِنْ زَنَتْ فَلْيَجْلِدْهَا اَلْحَدَّ, وَلَا يُثَرِّبْ عَلَيْهَا, ثُمَّ إِنْ زَنَتِ اَلثَّالِثَةَ, فَتَبَيَّنَ زِنَاهَا, فَلْيَبِعْهَا وَلَوْ بِحَبْلٍ مِنْ شَعَرٍ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ
Hadits No. 1239
Dari Ali bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Laksanakan hukuman atas hamba-hamba yang engkau miliki." Riwayat Abu Dawud. Menurut Muslim hadits tersebut mauquf.
َوَعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَقِيمُوا اَلْحُدُودَ عَلَى مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ. وَهُوَ فِي مُسْلِمٍ مَوْقُوفٌ
Hadits No. 1240
Dari Imran Ibnu Hushoin Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang perempuan dari Juhainah menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam -dia sedang hamil karena zina- dan berkata: Wahai Nabi Allah, aku harus dihukum, lakukanlah hukuman itu padaku. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memanggil walinya dan bersabda: "Berbuat baiklah padanya, apabila ia melahirkan, bawalah bayi itu kepadaku." Kemudian beliau menyolatkannya. Berkatalah Umar: Apakah baginda menyolatkannya wahai Nabi Allah, padahal ia telah berzina? Beliau menjawab: "Ia benar-benar telah bertaubat yang sekiranya taubatnya dibagi antara tujuh puluh penduduk Madinah, niscaya cukup buat mereka. Apakah engkau mendapatkan seseorang yang lebih utama daripada ia menyerahkan dirinya karena Allah?". Riwayat Muslim.
َوَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حَصِينٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اِمْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ أَتَتْ نَبِيَّ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم -وَهِيَ حُبْلَى مِنْ اَلزِّنَا-فَقَالَتْ: يَا نَبِيَّ اَللَّهِ! أَصَبْتُ حَدًّا, فَأَقِمْهُ عَلَيَّ, فَدَعَا نَبِيُّ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَلِيَّهَا. فَقَالَ: أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ فَائْتِنِي بِهَا فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا فَشُكَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا, ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَرُجِمَتْ, ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا, فَقَالَ عُمَرُ: أَتُصَلِّي عَلَيْهَا يَا نَبِيَّ اَللَّهِ وَقَدْ زَنَتْ? فَقَالَ: لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِّمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ اَلْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ, وَهَلْ وَجَدَتْ أَفَضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ? ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Hadits No. 1241
Jabir Ibnu Abdullah berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah merajam seorang laki-laki dari Aslam, seorang laki-laki dari kaum Yahudi, dan seorang perempuan. Riwayat Muslim.
َوَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( رَجَمَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَجُلًا مَنْ أَسْلَمَ, وَرَجُلًا مِنْ اَلْيَهُودِ, وَاِمْرَأَةً ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Hadits No. 1242
Kisah dua orang Yahudi itu terdapat dalam shahih Bukhari Muslim dari Ibnu Umar.
َوَقِصَّةُ رَجْمِ اَلْيَهُودِيَّيْنِ فِي اَلصَّحِيحَيْنِ مِنْ حَدِيثِ اِبْنِ عُمَرَ
Hadits No. 1243
Said Ibnu Sa'ad Ibnu Ubadah Radliyallaahu 'anhu berkata: Di kampung kami ada seorang laki-laki kecil yang lemah telah berzina dengan salah seorang budak perempuan mereka. Lalu Sa'ad menuturkan hal itu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan beliau bersabda: "Pukullah ia sebagai hukumannya." Mereka berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia tidak tahan dengan pukulan semacam itu. Beliau bersabda: "Ambillah pelepah kurma yang memiliki seratus ranting dan pukullah dengan itu sekali." Kemudian mereka melakukannya. Riwayat Ahmad, NAsa'i dan Ibnu Majah. Sanadnya hasan namun maushul dan mursalnya dipertentangkan.
َوَعَنْ سَعِيدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ عِبَادَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( كَانَ بَيْنَ أَبْيَاتِنَا رُوَيْجِلٌ ضَعِيفٌ, فَخَبَثَ بِأَمَةٍ مِنْ إِمَائِهِمْ, فَذَكَرَ ذَلِكَ سَعْدٌ لِرَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: اِضْرِبُوهُ حَدَّهُ فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنَّهُ أَضْعَفُ مِنْ ذَلِكَ, فَقَالَ: "خُذُوا عِثْكَالًا فِيهِ مِائَةُ شِمْرَاخٍ, ثُمَّ اِضْرِبُوهُ بِهِ ضَرْبَةً وَاحِدَةً فَفَعَلُوا ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَالنَّسَائِيُّ, وَابْنُ مَاجَهْ, وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ لَكِنْ اخْتُلِفَ فِي وَصْلِهِ وَإِرْسَالِهِ
Hadits No. 1244
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mendapatkan seseorang melakukan seperti yang dilakukan kaum Luth, maka bunuhlah orang yang berbuat dan diperbuat; dan barangsiapa mendapatkan seseorang bersenggama dengan binatang maka bunuhlah orang itu dan binatang tersebut. Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Para perawinya dapat dipercaya, namun masih ada perselisihan pendapat didalamnya.
َوَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ, فَاقْتُلُوا اَلْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ, وَمَنْ وَجَدْتُمُوهُ وَقَعَ عَلَى بَهِيمَةٍ, فَاقْتُلُوهُ وَاقْتُلُوا اَلْبَهِيمَةَ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْأَرْبَعَةُ, وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُونَ, إِلَّا أَنَّ فِيهِ اِخْتِلَافًا
Hadits No. 1245
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah memukul dan mengasingkan (orang yang berbuat zina), Abu Bakar juga pernah memukul dan mengasingkan, serta Umar juga pernah memukul dan mengasingkan. Riwayat Tirmidzi. Para perawinya dapat dipercaya, namun mauquf dan marfu'nya masih dipertentangkan.
َوَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا: ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ضَرَبَ وَغَرَّبَ وَأَنَّ أَبَا بَكْرٍ ضَرَبَ وَغَرَّبَ ) رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ, إِلَّا أَنَّهُ اخْتُلِفَ فِي رَفْعِهِ, وَوَقْفِهِ
Hadits No. 1246
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang bertingkah laku wanita dan wanita yang bertingkah laku laki-laki. Beliau bersabda: "Usirlah mereka dari rumahmu." Riwayat Bukhari.
َوَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم اَلْمُخَنَّثِينَ مِنْ اَلرِّجَالِ, وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ اَلنِّسَاءِ, وَقَالَ: ( أَخْرِجُوهُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ ) رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ
Hadits No. 1247
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tolaklah hukuman-hukuman selama engkau mendapatkan jalan menolaknya." Riwayat Ibnu Majah dengan sanad lemah.
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اِدْفَعُوا اَلْحُدُودَ, مَا وَجَدْتُمْ لَهَا مَدْفَعًا ) أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَهْ, وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ
Hadits No. 1248
Tirmidzi dan Hakim juga meriwayatkan hadits serupa dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu dengan lafadz: "Hindarilah hukuman dari kaum muslimin sebisamu." Hadits ini lemah juga.
َوَأَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَالْحَاكِمُ: مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا بِلَفْظِ ( ادْرَأُوا اَلْحُدُودَ عَنْ اَلْمُسْلِمِينَ مَا اِسْتَطَعْتُمْ ) وَهُوَ ضَعِيفٌ أَيْضًا
Hadits No. 1249
Sedang Baihaqi meriwayatkan dari Ali Radliyallaahu 'anhu dengan ucapannya sendiri: Hindarilah hukuman-hukuman itu dengan data-data yang samar.
َوَرَوَاهُ اَلْبَيْهَقِيُّ: عَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه (مِنْ) قَوْلِهِ بِلَفْظِ: ( ادْرَأُوا اَلْحُدُودَ بِالشُّبُهَاتِ )
Hadits No. 1250
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah kotoran-kotoran yang dilarang Allah. Barangsiapa melakukannya hendaknya ia berlindung dengan lindungan Allah dan bertaubat kepada-Nya. Barangsiapa menampakkan kepada kita lembaran (kesalahannya), kita tegakkan hukum Kitab Allah kepadanya." Riwayat Hakim. Hadits itu dalam kitab al-Muwaththo' hadits-hadits mursal Zaid Ibnu Aslam.
َوَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اِجْتَنِبُوا هَذِهِ اَلْقَاذُورَاتِ اَلَّتِي نَهَى اَللَّهُ تَعَالَى عَنْهَا, فَمَنْ أَلَمَّ بِهَا فَلْيَسْتَتِرْ بِسِتْرِ اَللَّهِ تَعَالَى, وَلِيَتُبْ إِلَى اَللَّهِ تَعَالَى, فَإِنَّهُ مَنْ يَبْدِ لَنَا صَفْحَتَهُ نُقِمْ عَلَيْهِ كِتَابَ اَللَّهِ تَعَالَى ) رَوَاهُ اَلْحَاكِمُ, وَهُوَ فِي اَلْمُوْطَّإِ مِنْ مَرَاسِيلِ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ
ABRAHAH: RAJA YAMAN YANG INGIN MENGHANCURKAN KA’BAH
Pernahkah membaca surat Al-Fiil?
Surat ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al-Kaafirun.
Nama Al-Fiil diambil dari kata Al-Fiil yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya gajah. Mari kita simak bacaan surat tersebut disertai dengan artinya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1)
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2)
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3)
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4)
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabbmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?
3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
4. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Surat Al-Fiil mengemukakan cerita pasukan bergajah dari Yaman yang dipimpin oleh Abrahah yang ingin meruntuhkan Ka’bah di Mekkah. Peristiwa ini terjadi pada tahun Nabi Muhammad SAW dilahirkan.
ABRAHAH
Abrahah Al-’Asyram (Arab أبرهة الأشرم, Abrahah Al-Habsyi) adalah seorang gubernur dari Abyssinia (Kekaisaran Ethiopia) yang telah berhasil menaklukkan dan menjadi Raja Saba (Yaman). Penduduk Negeri itu menganut agama Nashrani.
GINEALOGI
Procopius mencatat bahwa Abrahah dulu pernah menjadi seorang budak belian dari Kerajaan Byzantium di Adulis, sementara At-Tabari mengatakan bahwa ia masih memiliki hubungan dekat dengan keluarga Kerajaan Aksum.
Abrahah berkeinginan agar bangsa Arab pada saat itu untuk berhaji ke San’a, ibu kota Yaman, tidak ke kota Mekkah tempat Ka’bah berada.
Untuk itu, dia membuat sebuah gereja/katedral yang bernama Al-Qullais. Tempat ibadah ini tiada bandingannya. Suatu saat, salah seorang dari suku Quraisy dari Mekkah ingin merendahkan kedudukan gereja ini dengan cara membuang hajatnya di gereja. Dia telah mengotori dinding gereja tersebut, kemudian melarikan diri.
Mengetahui hal ini, Raja Abrahah sangat murka. Dia langsung memerintahkan pasukannya untuk menyerang kota Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Di antara pasukan tersebut terdapat tiga belas ekor gajah. Gajah terbesar bernama Mahmud.
Selama perjalanan mereka menuju Mekkah, banyak suku dari Bangsa Arab berusaha menghadang Abrahah dan pasukannya, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil mengalahkan mereka.
Akhirnya, Abrahah pun mulai mendekat ke kota Mekkah. Pasukannya beristirahat di suatu tempat bernama Mughammis yang jauhnya beberapa mil dari Mekkah.
Mereka merampas apa saja yang mereka temukan di perjalanan, termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muthalib, si penjaga Ka’bah. Abrahah lalu mengirim utusan yang bernama Hunata, untuk menemui pemimpin penduduk di sana. Ia berpesan bahwa mereka datang bukan untuk berperang, melainkan hanya ingin untuk menghancurkan Ka’bah. Dan jika ingin menghindari pertumpahan darah, maka pemimpin Mekkah harus menemuinya di kemahnya.
Pemuka kota yang mewakili penduduk Mekkah itu adalah Abdul Muthalib, kakek Rasulullah SAW. Ketika Abrahah melihat kedatangan Abdul Muthalib ke kemahnya, dia sangat terkesan, sampai turun dari singgasananya dan menyambutnya dan duduk bersama dia di atas karpet. Ia menyuruh juru bicaranya menanyakan kepada Abdul Muthalib permintaan apa yang hendak diajukan. Abdul Muthalib meminta agar 200 ekor untanya yang telah dirampas oleh pasukan Abrahah agar dikembalikan.
Abrahah sangat kecewa mendengarkan permintaan tersebut karena menganggap Abdul Muthalib lebih mementingkan unta-untanya ketimbang Ka’bah yang sedang terancam untuk dihancurkan.
Abdul Muthalib menjawab:
”Aku adalah pemilik unta-unta itu, sementara Ka’bah ada pemiliknya sendiri yang akan melindunginya”.
“Tapi sekarang ini Dia tak akan mampu melawanku”, Kata Abrahah.
“Kita lihat saja nanti,” Jawab Abdul Muthalib, “Tapi kembalikan unta-unta itu sekarang”. Dan Abrahah memerintahkan agar unta-unta tersebut dikembalikan.
Hasil perundingan itu adalah Abrahah akan mengembalikan unta-unta Abdul Muthalib yang telah diambil oleh pasukannya. Adapun urusan penyerangan Kota Mekkah, maka ini tergantung keputusan yang akan diambil oleh Abrahah sendiri.
Abdul Muthalib pun kemudian memerintahkan penduduk Mekkah untuk mengungsi dari kota tersebut, sementara Abrahah memutuskan untuk melanjutkan niatnya. Pasukannya bergerak terus menuju kota Mekkah sampai ke Lembah Muhassir.
Dalam ekspedisinya, Abrahah mempunyai seorang penunjuk jalan dari suku arab, bernama Nufail dari suku Khats’am.
Belum sampai ke Ka’bah, pasukan tersebut dimusnahkan Allah.
Allah SWT menampakkan kekuasaan-Nya, dengan mengutus burung-burung Ababil yang membawa batu yang bernama Sijjiil.
Mereka telah terlambat, langit di ufuk barat menghitam pekat, dan suara-suara gemuruh terdengar dengan suara yang makin menggelegar, muncul gelombang kegelapan yang menyapu dari arah laut dan menutupi langit di atas mereka.
Ketika pasukan itu sedang berada di tengah lembah, tiba-tiba muncul sekumpulan burung. Sejauh jangkauan pandangan mereka, langit dipenuhi beribu-ribu burung – tak terhingga jumlahnya. Orang-orang yang berhasil selamat menceritakan bahwa burung-burung tersebut secepat burung layang-layang dan masing-masing membawa tiga batu kecil yang membara, satu diparuhnya dan yang lain dijepit dengan cakar di kedua belah kakinya. Burung-burung tersebut menukik ke arah pasukan dan menjatuhkan batu-batu itu, yang kemudian meluncur keras dan cepat menembus setiap baju.
Setiap batu yang mengenai pasukan langsung mematikan. Mereka langsung jatuh terkapar dan tubuhnya langsung membusuk. Ada yang membusuk dengan cepat ada juga yang perlahan-lahan.
Burung-burung tersebut menghujani pasukan Abrahah dengan batu-batu kecil.
Tidaklah batu itu menimpa tubuh pasukan Abrahah, kecuali tubuhnya akan hancur tercerai-berai. Mereka binasa dengan keadaan yang mengenaskan.
Abrahah Al-Ashram pun melarikan diri dalam keadaan tubuhnya hancur sepotong demi sepotong sampai dia meninggal di Yaman.
Ini merupakan kemenangan yang Allah ‘Azza wa Jalla anugerahkan kepada penduduk Mekkah dan juga bentuk perlindungan Allah kepada rumah-Nya, yaitu Ka’bah di Mekkah.
mengapa abrahah ingin menghancurkan ka’bah?
Raja yang menyerang Ka’bah
Tahun 570 M, abrahah al-Asyram, seorang raja dari Yaman berusaha menghancurkan Ka’bah.
Awalnya Abrahah membangun gereja yang sangat besar di Shan’a, Yaman. Gereja itu memiliki sebuah bangunan dan pelataran yang sangat tinggi. Saking tingginya bangunan itu, setiap orang yang melihatnya harus mendongakkan kepala sedemikian rupa sehingga peci yang dikenakannya terancam lepas dari kepala. Semua sisi bangunan itu pun dihias.
Abrahah bertekad untuk memindahkan haji bangsa Arab ke gereja tersebut sebagaimana mereka selama ini berhaji ke Ka’bah di makkah. Kaum Quraisy benar-benar murka karenanya, sehingga sebagian dari mereka ada yang mendatangi gereja itu dan memasukinya pada malam hari kemudian menghancurkan isi di dalamnya. Tentu saja ini membuat Abrahah berang. Abrahah pun bersumpah akan pergi ke baitullah di Makkah dan menghancurkannya berkeping-keping.
Abrahah pun menyiapkan diri dan pergi dengan membawa pasukan yang cukup banyak dan disertai oleh seekor gajah yang sangat besar, belum ada seekor gajah pun sebelumnya yang terlihat seperti itu. Nama gajah itu adalah Mahmud. Ada juga pendapat yang menyebutkan, bersama Abrahah terdapat delapan gajah. Ada juga yang menyatakan dua belas gajah. Wallahu a’lam.
Maka setelah merasa gajahnya telah siap dan pasukannya telah siaga, Abrahah dan pasukannya pun menuju Makkah. Tetapi tiba-tiba, gajah yang begitu dibanggakan oleh Abrahah duduk berderum dan tak mau bangkit. Pasukan Abrahah memukul-mukul gajah agar verdiri, mereka bahkan memukul kepala gajah itu dengan kapak, tetapi gajah itu enggan berdiri. Kemudian mereka memasukkan tongkat mereka yang berujung lengkung ke belalainya, lalu menariknya supaya ia mau berdiri, tetapi gajah itu tetap menolak. Saat mereka mengarahkannya kembali ke Yaman, maka gajah itu berdiri dan berjalan cepat. Saat mereka mengarahkannya ke Syam, maka ia melakukan hal yang sama. Lalu mereka mengarahkannya ke timur, maka ia melakukan hal yang sama, yakni berjalan cepat. Kemudian mereka mengarahkannya ke Makkah, maka gajah itu pun kembali duduk menderum.
Lalu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan kepada mereka burung dari lautan yang mirip dengan burung alap-alap. Pada masing-masing burung membawa tiga batu: satu batu di paruhnya dan dua batu lainnya di kedua kakinya, batu sebesar biji kedelai dan biji adas, yang tidak seorang pun dari mereka yang terkena batu tersebut melainkan akan binasa. Enam puluh ribu prajurit tidak kembali ke negerinya, bahkan prajurit yang kembali dalam keadaan sakit yang akhirnya mati.
Sikap Seorang Muslim Dalam Menghadapi Musibah
Sebagai hamba Allâh Ta'âla, semua manusia dalam kehidupan di dunia ini tidak akan luput dari berbagai macam cobaan, baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Hal itu merupakan sunnatullâh yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir.
Allâh Ta'âla berfirman:
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya),
dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan
(Qs al-Anbiyâ’/21:35)
Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:
“(Makna ayat ini) yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa”.[1]
KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN BERTAKWA KEPADA ALLAH TA'ALA
Allâh Ta'âla dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat.
Allâh Ta'âla berfirman:
(Qs al-Anfâl/8:24)
Hai orang-orang beriman,
penuhilah seruan Allâh dan seruan Rasul-Nya
yang mengajak kamu kepada suatu
yang memberi (kemaslahatan)[2] hidup bagimu
(Qs al-Anfâl/8:24)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata:
“(Ayat ini menunjukkan) bahwa kehidupan yang bermanfaat hanya didapatkan dengan memenuhi seruan Allâh Ta'âla dan Rasul-Nya Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Maka, barang siapa tidak memenuhi seruan Allâh Ta'âla dan Rasul-Nya Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik) meskipun fisiknya hidup, sebagaimana binatang yang paling hina. Jadi, kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang dengan memenuhi seruan Allâh Ta'âla dan Rasul-Nya Shallallâhu 'Alaihi Wasallam secara lahir maupun batin”[3].
Allâh Ta'âla berfirman:
(Qs Hûd/11:3)
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian),
niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia)
sampai kepada waktu yang telah ditentukan
dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang
yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)”
(Qs Hûd/11:3)
Dalam mengomentari ayat-ayat di atas, Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan:
“Dalam ayat-ayat ini Allâh Ta'âlamenyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat. [4]
SIKAP SEORANG MUKMIN DALAM MENGHADAPI MASALAH
Seorang Mukmin dengan ketakwaannya kepada Allâh Ta'âla, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak akan membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan keimanannya yang kuat kepada Allâh Ta'âla membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allâh Ta'âla berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya.
Dengan keyakinannya ini pula Allâh Ta'âla akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allâh Ta'âla dalam firman-Nya:
(Qs at-Taghâbun/64:11)
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang)
kecuali denga izin Allâh;
barang siapa yang beriman kepada Allâh,
niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya.
Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu
(Qs at-Taghâbun/64:11)
Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:
“Maknanya: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh Ta'âla, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Ta'âla), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh Ta'âla tersebut, maka Allâh Ta'âla akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allâh Ta'âla akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.”[5]
Inilah sikap seorang Mukmin yang benar dalam menghadapi musibah yang menimpanya.
Meskipun Allâh Ta'âla dengan hikmah-Nya yang Maha Sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allâh Ta'âla dalam menghadapi musibah tersebut. Dan tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang Mukmin.
Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan:
“Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allâh Ta'âla senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisâb (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisâb. Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena, setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut.
Adapun orang-orang kafir, mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisâb. Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan).
Sungguh Allâh Ta'âla telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya yang artinya:
”Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allâh apa yang tidak mereka harapkan”
(Qs an-Nisâ/4:104).
Jadi, orang-orang Mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan, akan tetapi orang-orang Mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allâh Ta'âla."[6]
HIKMAH COBAAN
Di samping sebab-sebab di atas, ada lagi faktor lain yang bisa meringankan semua kesusahan yang dialami seorang Mukmin di dunia ini, yaitu merenungi dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allâh Ta'âla jadikan dalam setiap ketentuan yang terjadi pada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan merenungi hikmah-hikmah tersebut, seorang Mukmin akan semakin yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah kebaikan bagi dirinya, untuk menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allâh Ta'âla.
Semua ini, di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allâh Ta'âla dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya.
Dengan sikap ini, Allâh Ta'âla akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allâh Ta'âla memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi yang artinya:
“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepada-Ku”.[7]
Maknanya: Allâh Ta'âla akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allâh Ta'âla.[8]
Di antara hikmah yang agung tersebut adalah:
1.
Allâh Ta'âla menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya. Kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allâh Ta'âla. Jadi musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allâh Ta'âla[9].
2.
Allâh Ta'âla menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang Mukmin kepada-Nya, karena Allâh Ta'âlamencintai hamba- Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang.[10]
Inilah makna sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :
“Sungguh mengagumkan keadaan seorang Mukmin, semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”[11]
3.
Allâh Ta'âla menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allâh Ta'âla sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang sangat jauh berbeda keadaannya dengan dunia Allâh Ta'âla menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.[12]
Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :
”Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.”[13]
PENUTUP
Sebagai penutup, ada sebuah kisah yang disampaikan oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullâh tentang gambaran kehidupan guru beliau, imam Ahlus sunnah wal jama’ah di jamannya, yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullâh. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang bagaimana seharusnya seorang Mukmin menghadapi cobaan dan kesusahan yang Allâh Ta'âla takdirkan bagi dirinya. Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata:
“Dan Allâh Ta'âla yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada beliau (Ibnu Taimiyyah rahimahullâh). Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allâh Ta'âla), yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi di sisi lain (aku mendapati) beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling tenang jiwanya.
Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Dan kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah rahimahullâh), jika ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat).
Dengan hanya memandang (wajah) beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.”[14]
KEAJAIBAN SUJUD DALAM SHALAT
Apabila Anda sedang mengalami stress, atau tensi
anda naik, atau pusing yang berkepanjangan, atau
mengalami nervous (salah satu jenis penyakit
penyimpangan perilaku berupa uring-uringan,
gelisah, takut, dll).
Jika Anda takut terkena tumor, maka sujud adalah
solusinya. Dengan sujud akan terlepas segala
penyakit nervous dan penyakit kejiwaan lainnya.
Inilah salah satu hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dr. Muhammad Dhiyaa'uddin Hamid, dosen
jurusan biologi dan ketua departemen radiasi
makanan di lembaga penelitian teknologi radiasi.
Sudah lumrah bahwasannya manusia apabila
mengalami kelebihan dosis dalam radiasi, dan
hidup di lingkungan tegangan listrik atau medan
magnet, maka hal itu akan berdampak kepada
badannya, akan bertambah kandungan elektrik di
dalam tubuhnya. Oleh karena itu, Dr. Dhiyaa'
mengatakan bahwa sesungguhnya sujud bisa
menghilangkan zat-zat atau pun hal-hal yang
menyebabkan sakit
.
Pembahasan Seputar Organ Tubuh
Dia adalah salah satu organ tubuh... dan dia
membantu manusia dalam merasakan lingkungan
sekitar, dan berinteraksi dengan dirinya, dan itulah
tambahan dalam daerah listrik dan medan magnet
yang dihasilkan oleh tubuh menyebabkan
gangguan dan merusak fungsi organ tubuh
sehingga akhirnya mengalami penyakit modern
yang disebut dengan "perasaan sumpeg", kejang-
kejang otot, radang tenggorokan, mudah capek/
lelah, stress ... sampai sering lupa, migrant dan
masalah menjadi semakin parah apabila tanpa ada
usaha untuk menghindari penyebab semua ini,
yaitu menjauhkan tubuh kita dari segala peralatan
dan tempat-tempat yang demikian.
Solusinya?!
Harus dengan mengikuti sesuatu yang diridhai
untuk mengeliminir hal itu semua, yaitu dengan
bersujud kepada satu-satunya Dzat yang Maha Esa
sebagaimana kita sudah diperintah untuk hal itu,
dimana sujud itu dimulai dengan menempelkan
dahi ke bumi (lantai). Maka di dalam sujud akan
mengalir ion-ion positif yang ada di dalam tubuh
ke bumi (sebagai tempat ion-ion negatif). dan
seterusnya sempurnalah aktivitas penetralisiran
dampak listrik dan magnet. Lebih khusus lagi
ketika sujud dengan menggunakan 7 anggota
badan (dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua
lutut, dan kedua kaki) maka dalam posisi ini sangat
memudahkan bagi kita menetralisir dampak listrik
dan magnet.
Diketahui selama penelitian, agar semakin
sempurna proses penetralisiran dampak itu
semua,
maka sujud harus menghadap ke Makkah (Masjid
Ka'bah), yaitu aktivitas yang kita lakukan di dalam
shalat (qiblat). Sebab Makkah adalah pusat bumi di
alam semesta. Dan penelitian semakin jelas bahwa
menghadap ke Makkah ketika sujud adalah
tempat yang paling utama untuk menetralisir
manusia dari hal-hal yang mengganggu fikirannya
dan membuat rileks. Subhanallah, pengetahuan
yang menakjubkan.
Bagikan artikel ini kepada sahabat muslim yang
lainya, dengan cara klik ''bagikan''.
Semoga ALLAH SWT akan
1. Memurahkan Rezeki
2. Memudahkan Segala urusan
Sahabat Muslim yang sudah mau berbagi Ilmu
kebaikan...AAMIIN!!!
Mengapa Ridho Allah bergantung pada Ridho Orang Tua?
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita selalu mengharap keridoan dari keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya, sepanjang tidak untuk berbuat maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan keduanya dengan mendahulukan keinginan – keinginannya dari pada kepentingan dan keinginan pribadi .
Pernahkah anda membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua kita sudah terbaring kaku dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal terbesit dalam hati karena sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu tunaikanlah kewajiban kita selagi kedua orang tua masih hidup. Berbuat baiklah pada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua sering sekali disebutkan dalam Al-Quran, bahkan digandengkan dengan tuntunan menyembah Allah. Hal ini menunjukan bahwa berbakti kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak) adalah wajib. Anak berkewajiban berbuat baik kepada kedua orang tuanya yang harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia sering menyakitinya dengan cara membantah dan berkata kasar pada mereka.
Selanjutnya
Termasuk durhaka kepada kedua orang tua, adalah menyakitinya dengan tidak mau memberikan hal yang baik kepada keduanya, sesuai dengan kemampuan. Kemudian bagaimanakah kita sebagai anak tega memalingkan muka dan berkata kasar kepadanya.[1]
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, (terutama kepada ibunya), karena ibunyalah yang mengandungnya dengan berbagai susah payah, dan menyapihnya dalam (umur) dua tahun. Oleh karena itu hendaklah kamu bersyukur kepada Ku (hai manusia) dan juga kepada Kedua orang tuamu.” ( QS. Luqman 14 )
Kalau dalam islam menaruh perhatian tentang masalah hak – hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tua, misalnya pendidikan, pengajaran, nafkah dan sebagainya, maka dari segi lain Islam juga menaruh perhatian tentang anak – anak harus pula menunaikan kewajiban atas orang tuanya, sebagai penghargaan atas pengorbanan mereka. Sekaligus sebagai pengarahan kaum muslimin untuk dapat mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada mereka.
Seperti dalam hadits dari Abu Abdulrahman, diceritakan bahwa Abdul Mas’ud pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang pahala yang banyak mendatangkan pahala dari Allah SWT. Maka beliau menjawab, bahwa perbuatan yang sangat banyak mendatangkan pahala ialah shalat tepat pada waktunya, karena dengan shalat tepat pada waktunya itu berarti suatu ketaatan yang continue (ajeg) dan merupakan muraqobah yang optimal (merasa selalu diperhatikan Allah). Selanjutnya adalah berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain) sebagai hak mahluk sesudah menunaikan hak Allah.[2]
Dari Abu Abdulrahman, Abdullah bin Mas’ud, ia menceritakan: Aku pernah bertanya pada Rasulullah, tentang prbuatan apakah yang paling dicintai Allah? Jawab beliau : “yaitu shalat pada waktunya”. Aku bertanya lagi: Kemudian apa lagi? Jawab beliau: “berbuat baik kepada orang tua”. Aku bertanya lagi: Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: “Jihat fisabilillah”. ( HR. Bukhori dan Muslim – Riyadhush Shalihin 3/315
Berkorban untuk orang tua
َوَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا-, عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ ) أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ
“Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridloan Allah tergantung kepada keridloan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim.”
Berbuat baik kepada kedua orang tua dan selalu mencari keridhoanya dengan memberikan penghargaan dan penghormatan dalam batas – batas yang halal, belumlah seberapa kalau dibandingkan dengan pengorbannan orang tua orang tua kepada anak dalam memberikan asuhan dan pendidikan. Baru seimbang seandainya orang tuanya itu tertawan menjadi budak oleh musuh, kemudian ditebusnya lalu dibebaskanya seperti yang tertera dalam hadits berikut ini :
“Abu Hurairoh menuturkan, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Belumlah dinamakan seorang anak membalas orang tua, sebelum dia mendapatkan orang tuanya itu tertawan menjadi budak, lalu ia tebusnya kemudian memerdekakanya”. ( HR. Muslim – Riyadhush Shalihin 4/316 )
Berdasarkan hadits tersebut, maka seorang anak dituntut untuk memberikan pengorbannan yang sebesar-besarnya demi kepentingan orang tua. Dan itulah yang dinamakan “birrul walidain” yang sejati.[3]
Mengutamakan ibu
“Abu Hurairoh juga meriwayatkan, bahwa ada seorang lelaki menghadap Rasulullah SAW. Untuk menayakan siapakah orang yang lebih patut dilakukan persahabatan dengan baik? Maka jawab Rasulullah SAW. Ibumu. Kemudian ia pun bertanya lagi : lalu siapa lagi? Jawab beliau tetap : Ibumu. Lalu ia bertanya lagi: Lalu siapa lagi: Maka kali ini jawab beliau: Ayahmu” ( HR. Bukhari dan Muslim – Riyadhush Shalihin 9/319 )
Dalam satu riwayat ( bahwa lelaki tersebut bertanya ): Ya Rasulullah, siapakah orang yang lebih patut dilakukan persahabatan dengan baik? Beliau menjawab: Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, dan kemudian bapakmu, dan selanjutnya orang – orang yang paling dekat denganmu, dan yang paling dekat denganmu.
Dari hadits ini dapat kita ambil bebeapa pelajaran yaitu :
Ibu dalam hubungan dengan anak — adalah lebih diutamakan dari pada ayah.
Balasan amal (jaza’) sesuai dengan tingkat amalnya.
Tertib hak – densarzgan hubungan sesama insan adalah berdasar dekatnya hubungan.
Rasulullah lebih menekakan dan mengutamakan ibu ketimbang ayah dalam kaitanya dengan masalah perlakuan, karena suatu fakta ibulah yang mengandungnya dan yang mengasuhnya. Berarti dialah yang banyak merasakan kepayahan disamping itu, ibu sangatlah dibutuhkan oleh anak – anaknya.
َوَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( مِنْ اَلْكَبَائِرِ شَتْمُ اَلرَّجُلِ وَالِدَيْهِ قِيلَ: وَهَلْ يَسُبُّ اَلرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا اَلرَّجُلِ, فَيَسُبُّ أَبَاهُ, وَيَسُبُّ أُمَّهُ, فَيَسُبُّ أُمَّهُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Dari Abdullah Ibnu Amar Ibnu al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Termasuk dosa besar ialah seseorang memaki orang tuanya.” Ada seseorang bertanya: Adakah seseorang akan memaki orang tuanya. Beliau bersabda: “Ya, ia memaki ayah orang lain, lalu orang lain itu memaki ayahnya dan ia memaki ibu orang lain, lalu orang itu memaki ibunya.” Muttafaq Alaihi”
Sopan Santun Anak kepada Orang Tua
Dan dari Abu Hurairoh, dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “ Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orangtunya berusia lanjut, salah satunya atau kedua – duanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga” ( HR. Muslim – Syarah Riyadhush Shalihin juz 2 halaman 10/320 )
Dalam hadits ini oleh Rasulullah SAW. diterangkan bahwa keberadaan orang tua yang telah berusia lanjut itu justru kesempatan paling baik untuk mendapatkan pahala dari Allah dan jembatan emas menuju surga. Karena itu justru rugi besar, orang yang menyia – nyiakan kesempatan yang paling baik ini, sehingga dia mengabaikan hak – hak orang tuanya itu. Hadits ini merupakan penegasan dari ayat yang memerintahkan anak berbakti pada kedua orang tua dan tidak boleh berkata kasar serta kata – kata yang menjengkelkan hati semacam “ah” di saat-saat orang tua berusia lanjut. ( QS. Al-isra’ 23 )
Kemudian dalam suatu riwayat oleh Imam Bukhori dan Muslim Rasulullah menerangkan bahwa hak kedua orang tua itu harus lebih didahulukan dari pada hijrah dan perang, dengan catatan apabila anak tersebut adalah satu – satunya yang mengurus kedua orang tuanya. Waktu itu pmerintah boleh membebaskan kewajiban perang terhadap satu – satunya anak yang orang tuanya tidak lagi mampu berusaha sendiri.
Dalam kitab bidayatul hidayah ( tuntunan mencapai hidayah Allah ) karangan Imam Abu Hamid Al-Ghozali dijelaskan agar kita memperhatikan sopan santun bergaul dengan kedua orang tua, diantaranya ialah :
Mendengar ucapan mereka
Berdiri ketika mereka berdiri, untuk menghormatinya
Menaati semua perintah mereka
Tidak berjalan didepan mereka
Tidak bersuara lantang kepadanya, atau membentak meskipun dengan kata – kata “hus”
Memenuhi panggilanya
Bersuara menyenangkan hati mereka
Bersikap ramah ( tawadlu’) terhadap mereka
Tidak boleh mengungkit kebaikannya yang telah diberikan kepada mereka
10. Tidak boleh melirik kepada mereka atau menyinggung perasaanya
11. Tidak boleh bermuka masam dihadapan mereka
12. Tidak melakukan bepergian kecuali dengan izin mereka
Berbakti pada orang tua yang sudah meninggal
Tak penah bisa kita bayangkan betapa sedihnya saat mendapati ibu atau ayah kita sudah terbaring kaku di depan mata. Padahal kita sering sekali berbuat salah dan durhaka pada ibu, sering berkata kasar pada bapak saat meminta uang. Perasaan menyesal karena belum sempat meminta maaf apalagi berbakti pasti menambah kesedihan . lalu apa yang bisa anak lakukan untuk berbakti pada orang tuanya yang sudah meningggal.
Abi Usaid, Malik bin Rabi’ah as-Sa’idi r.a;. mengatakan ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW. Tiba – tiba ada seorang lelaki dari bani Salamah menghadap Rasulullah seraya berucap : Ya Rasulullah apakah masih ada kebaikan yang harus saya tunaikan terhadap kedua orang tua ku sepeninggal mereka? Jawab Rasulullah SAW. : Ya, masih ada, yaitu engkau mendoakanya, meminta ampun kepada Allah untuk mereka, melaksanakan janji mereka sesudah mereka itu meninggal dunia, menyambung kekeluargaan dimana kekeluargaan itu tidak akan bisa bersambung melainkan dengan sebab orang tua tersebut dan menghormati kawan – kawan kedua orang tua. ( HR. Abu Daud )
Dari hadist diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa setelah orang tua kita meninggal ternyata masih ada yang dapat dilakukan anak untuk berbakti kepada orang tua. Diantaranya :
[1] mendo’akannya
[2] menshalatkan ketika orang tua meninggal
[3] selalu memintakan ampun untuk keduanya.
[4] membayarkan hutang-hutangnya
[5] melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
[6] menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya
Salah satu cara kita sebagai anak dalam mempraktikan ajaran – ajaran yang ternukil di Al- Quran dan hadits Nabi adalah dengan cara berbakti kebada orang tua. Karena untuk mendapatkan ridho Allah kita harus bisa mendapatkan ridho dari kedua orang tua. Orang tua sudah berkorban banyak untuk membesarkan anaknya . ini harus di balas oleh anaknya dengan cara berbakti kepada orang tua, baik mereka yang masih hidup atupun mereka sudah meninggal dunia. Bahkan tanggung jawab anak sebagai ahli waris justru lebih bertambah setelah orang tuanya meninggal.
Langganan:
Postingan (Atom)