Jumat, 21 Juni 2013

IMAM AHMAD DAN KULI

Suatu hari putra Imam Ahmad menyewa seorang kuli untuk mengangkat barang dari pasar ke rumah. Ketika sampai di rumah beliau, kuli itu mencium aroma roti. Mereka (keluarga Imam Ahmad) memberinya sepotong, tetapi sang kuli menolaknya. Ketika sang kuli meninggalkan rumah beliau, Imam Ahmad memerintahkan putranya untuk mengejarnya dan memberikan roti itu kepadanya. Anehnya sang kuli mau menerimanya. Peristiwa ini menarik perhatian putra Imam Ahmad dan ia pun bertanya kepada ayahnya: “Duhai ayah, mengapa ia mau menerima roti itu setelah meninggalkan rumah ini, sedangkan sebelumnya ia menolaknya?” “Kuli itu seorang yang saleh. Ia sedang berpuasa. Ketika mencium aroma roti tersebut nafsunya menginginkannya. Oleh karena itu, ketika diberi roti itu ia menolaknya. Setelah ia pergi, nafsunya sudah tidak menginginkan roti itu lagi, maka ketika engkau memberikannya, ia pun menerimanya,” jawab Imam Ahmad. Hikmah Di Balik Kisah Orang-orang yang beriman menerapkan adab dalam semua segi kehidupan mereka, termasuk di antaranya adab saat menerima atau menolak pemberian. Habib ‘Abdullâh Bin ‘Alwî Al-Haddâd dalam salah satu nasihatnya berkata: Jika engkau menerima pemberian dari seseorang, maka yakinilah dalam hatimu bahwa pada hakikatnya yang memberi adalah Allâh Ta’âlâ, dan jangan tautkan hatimu kepada makhluk Allâh. Jika hatimu sudah mampu bersikap demikian, terimalah pemberian itu dan jangan khawatir. Menerima pemberian yang tidak disukai (yang tidak terpuji) adalah jika seseorang menerima sesuatu sedangkan nafsunya sangat menginginkannya. Ia menginginkan sesuatu itu dari tempat tertentu. Orang-orang terdahulu, mereka menolak pemberian yang sangat diinginkan oleh nafsu mereka. _______________________________ Habîb ‘Ahmad bin Hasan bin ‘Abdullâh Bin ‘Alwî bin Muhammad bin Ahmad Al-Haddâd, Tatsbîtul Fuâd, juz.2. hal.178.
Di Jelaskan Oleh Guru kita Al-Allamah Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa , ketika Sayyidina Imam Abdullah bin Abdurrahman balfageh, Allamatuddunya ketika ia datang ke musim haji, dia seorang ulama besar hujjatul islam seorang imam besar disebut Allamtudunya karena dia disebut oleh ulama demikian karena ulama pada saat itu mengakui dia derajat nomer satu dari seluruh ulama dunia, ia pergi haji, tidak ketahuan karena pakaiannya sama semua, ketika masih memakai pakaian ihram hadir pengajian yang dihadiri guru - guru imam imam, para ulama dunia, terus berkata mufti Mekkah pada saat itu," aku ada satu masalah yang belum kutemukan jawabannya, kebetulan ini imam imam dari seluruh dunia hadir, aku ingin tanya, tolong jawabannya karena aku tidak tahu jawabannya," maka disebutkan pertanyaannya, tidak ada satupun yang bisa menjawab. Maka disitu ada Imam Abdullah bin Abdurrahman balfageh namun tidak ketahuan karena masih memakai pakaian ihram ( yang lain sudahselesai namun ia belum selesai ihram ) maka duduk dibelakang, dan dia adalah yang tertinggi ilmunya dimasa itu, dan di seluruh ulama dunia, dia berkata kepada pemuda disebelahnya," kamu angkat tangan jawab! jawabannya ini," kemudian ( berkata pemuda itu ), " aku bisa menjawab wahai mufti Mekkah!" maka melirik seluruh ulama dunia itu, semua ulama yang hadir melirik ke pemuda ini, nah pemuda ini telah dikasih tahu jawabannya, " jawabannya ini," kaget seluruh ulama dunia ini termasuk mufti Mekkah " hei bukan kamu yang menjawab pasti, darimana kamu dapat jawab ini? jawaban ini tidak ada yang mengetahui kecuali Allamatuddunya Abdullah bin Abdurrahmna Balfageh,Allamatuddunya, maka saat itu dia berkata," aku dengar dari orang ini," maka berkata ( mufti ), " wahai imam! wahai imam besar maju kedepan kami ingin mendengar daripada ilmumu" maka dia berkata " aku tidak mempunyai waktu, aku ingin pulang,hanya beberapa hari saja aku tinggal disini," " walau beberapa haripun kami ingin membaca kitab" " iya tidak apa apa, " ia tinggal sampai satu bulan di Mekkah Almukarramah ngajar tiap harinya maghrib tentang satu kitab tapi masih tentang makana huruf ba', satu bulan belum selesai. baru ba'nya saja ditafsirkan , maknanya begini satu bulan sampai waktunya pulang belum selesai baru huruf ba', demikian ulama ulama kita dulu. "
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menciptakan alam semesta ini dan menjadikan setiap yang ada di alam semesta sebagai penuntun kepada keindahan-Nya, penuntun pada keagungan-Nya, sebagai penuntun bahwa Dia lah Yang Maha Ada dan Maha mengatur segala sesuatu. Semakin seorang hamba menghayati segala sesuatu yang ada di alam ini maka ia akan semakin memahami bahwa ia sangat tidak berdaya dibanding dengan Sang Maha Pencipta. Sungguh Sang Maha Raja alam semesta membukakan bagi kita hikmah-hikmah Ilahi dari waktu ke waktu dan dari zaman ke zaman, dan Allah subhanahu wata’ala telah menuntun hamba-hamba-Nya, hamba yang baik akan disiapkan baginya kebaikan, dan hamba yang jahat selalu dinanti untuk kembali kepada kelompok yang baik , Dialah ( Allah ) hakikat Yang Maha Baik dan mengawali kebaikan serta membagi-bagikan balasan-balasan luhur di dunia dan akhirah, sebagaimana firman-Nya subhanahu wata’ala : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” ( QS : Al Baqarah : 186 )
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 3) Sungguh Manusia adalah makhluk lemah. Tak kuasa untuk bersih dari dosa dan maksiat. Ditambah dengan godaan pasukan iblis yang berusaha selalu menyeretnya ke dunia hitam. Tidak ada yang maksum kecuali para Nabi yang Allah lindungi dari dosa. Di saat yang sama, Allah membuka pintu taubat yang seluas-luasnya, agar mereka tidak putus asa dari rahmat Sang Pencipta. Tinggal satu yang perlu digugah: Kapan saatnya kita mau bertaubat? Jika Allah sangat menyayangi kita, mengapa diri kita tidak menyayangi diri kita sendiri. Dalam perjalanan pulang dari peperangan, kaum muslimin membawa kemenangan besar. Mereka pulang dengan membawa harta rampasan dan tawanan. Tiba-tiba ada seorang ibu diantara tawanan itu, yang kebingungan mencari anaknya. Sampai akhirnya ketemu dan dia susui. Melihat hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat, أتروْن هذه طارحةً ولدَها في النار؟ “Mungkinkah wanita ini akan melemparkan anaknya ke api?” Para sahabat spontan menjawab: “Demi Allah, tidak mungkin.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menimpali: الَلَّهُ أرحمُ بعباده مِن هذه بولدها “Allah lebih menyayangi hamba-Nya, dari pada kasih sayang ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari).
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 3) Sungguh Manusia adalah makhluk lemah. Tak kuasa untuk bersih dari dosa dan maksiat. Ditambah dengan godaan pasukan iblis yang berusaha selalu menyeretnya ke dunia hitam. Tidak ada yang maksum kecuali para Nabi yang Allah lindungi dari dosa. Di saat yang sama, Allah membuka pintu taubat yang seluas-luasnya, agar mereka tidak putus asa dari rahmat Sang Pencipta. Tinggal satu yang perlu digugah: Kapan saatnya kita mau bertaubat? Jika Allah sangat menyayangi kita, mengapa diri kita tidak menyayangi diri kita sendiri. Dalam perjalanan pulang dari peperangan, kaum muslimin membawa kemenangan besar. Mereka pulang dengan membawa harta rampasan dan tawanan. Tiba-tiba ada seorang ibu diantara tawanan itu, yang kebingungan mencari anaknya. Sampai akhirnya ketemu dan dia susui. Melihat hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat, أتروْن هذه طارحةً ولدَها في النار؟ “Mungkinkah wanita ini akan melemparkan anaknya ke api?” Para sahabat spontan menjawab: “Demi Allah, tidak mungkin.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menimpali: الَلَّهُ أرحمُ بعباده مِن هذه بولدها “Allah lebih menyayangi hamba-Nya, dari pada kasih sayang ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari).
Al Habib Munzir bin Fuad Al musawa beliau bercerita : Saya pernah didatangi para pemuda yg mengeluhkan seorang Kyai yg sangat bengis, tajam bicaranya, keras kepala dan dibenci oleh masyarakat sekitar, ia selalu mencaci siapa saja diatas mimbar, dan rupanya saya adalah dari orang yg paling ia benci.. ia selalu memaki maki saya dimanapun ia mengajar, saya sempat kesal dan bertanya tanya : "apa salah saya padanya?", ternyata karena banyak dari pemuda di wilayahnya tak mau belajar padanya dan mereka hadir di majelis majelis saya yg cukup jauh dari wilayah itu.. suatu hari saya bertemu dengannya disatu masjid besar, kebetulan ia khutbah jumat, sedangkan masyarakat masjid itu adalah sebagian besar murid murid saya, sampai Ketua Masjid sudah pucat melihat saya datang tuk shalat jumat, maka ketua masjid menawarkan saya khutbah jumat dan menggagalkan kyai itu, tentunya saya menolak, saya biarkan saja ia naik berkhutbah, ia tak tahu bahwa saya ada di shof hadirin, ketika selesai shalat jumat ia masih duduk berdoa, maka saya mendekati dia, saya mencium tangannya, lalu saya bersimpuh dan mencium pahanya, bagai anak yg sangat memuliakan dan mencintai ayahnya yg sudah lanjut usia, ia kaget, ia tak tahu bahwa inilah orang yg ia selalu caci maki, saya pergi.. ia pun bertanya tanya siapa itu pemuda tadi yg pakai sorban dan ia mencium kaki saya?, orang orang berkata : dia itu orang yg selalu pak kyai caci maki.., dia itu Ustaz Munzir..!, maka ia berubah total.. kini dimanapun ia naik mimbar pasti ia memuji saya, diantara kata katanya : "siapa berani menentang habib munzir maka hadapi saya!" begitu saudariku, tiap kali ia jumpa saya pasti ia memeluk saya dan menangis...

Istri Nabi Muhammad - Aisyah binti Abu Bakar

Rasulullah saw membuka lembaran kehidupan rumah tangganya dengan Aisyah r.a yang telah banyak dikenal. Ketika wahyu datang pada Rasulullah saw, Jibril membawa kabar bahwa Aisyah adalah istrinya didunia dan diakhirat, sebagaimana diterangkan didalam hadits riwayat Tirmidzi dari Aisyah r.a, “Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutra hijau kepada Nabi saw, lalu berkata.’ Ini adalah istrimu didunia dan di akhirat.” Dialah yang menjadi sebab atas turunnya firman Allah swt yang menerangkan kesuciannya dan membebaskannya dari fitnah orang-orang munafik. Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi saw diutus menjadi Rasul. Semasa kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah saw usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya. Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada Nabi saw untuk menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi saw berkata kepada Aisyah, “Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata,’ Ini adalah istrimu.’ Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya,’ Jika ini benar dari Allah swt , niscaya akan terlaksana.” Mendengar kabar itu, Abu Bakar As Siddiq dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah saw setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah saw hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Mekah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk didalamnya Aisyah r.a. Dengan izin Allah swt menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham. Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, “Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah saw kepada Aisyah r.a.” Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan “Bahwa ada seseorang yang menghina Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,’ Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti istri kecintaan Rasulullah saw.” Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, ‘Demi Allah swt, dia adalah manusia yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar)’. Di antara istri-istri Rasulullah saw, Saudah binti Zam'ah sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah saw rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah saw. Menjelang wafat, Rasulullah saw meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat. Dalam hal ini Aisyah berkata, “Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah saw wafat dipangkuanku.” Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah saw selama sakit dikamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah saw dikuburkan dikamar Aisyah, tepat ditempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, “Jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi.” Ketika Rasulullah saw wafat, Abu Bakar berkata, “Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga bulanmu.” Ternyata Abu Bakar dan Umar bin Khattab dikubur dirumah Aisyah. Setelah Rasulullah saw wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap taqdir Allah swt dan selalu berdiam diri didalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah swt. Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah kemakam Nabi saw. Ketika istri-istri Nabi saw hendak mengutus Ustman bin Affan menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi saw yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru berkata, “Bukankah Rasulullah saw telah berkata, ‘Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah.” Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah saw sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah saw jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah saw. Aisyah termasuk wanita yang banyak menghapalkan hadits-hadits Nabi saw, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas. Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan dikuburkan di Baqi`. Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah saw, selalu beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga didalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Dimana sabda Rasul, “Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.” (HR. Ahmad).

KISAH RASULULLAH SAW DAN MALAIKAT PENGHITUNG TETESAN AIR HUJAN |

Diriwayatkan (Al-Mustadrah Syeikh An-Nuri, jilid 5: 355, hadis ke 72) bahwa Rasulullah saw bersabda, “Disaat aku tiba di langit di malam Isra’ Miraj, aku melihat satu malaikat memiliki 1000 tangan, di setiap tangan ada 1000 jari. Aku melihatnya menghitung jarinya satu persatu. Aku bertanya kepada Jibril as, pendampingku, ‘Siapa gerangan malaikat itu, dan apa tugasnya?.’ Jibril berkata, Sesungguhnya dia adalah malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi. ’ Rasulallah saw bertanya kepada malaikat tadi, ‘Apakah kamu tahu berapa bilangan tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak diciptakan Adam as?. ’ Malaikat itupun berkata, ‘Wahai Rasulallah saw, demi yang telah mengutusmu dengan hak (kebenaran), sesungguhnya aku mengetahui semua jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi dari mulai diciptakan Adam as sampai sekarang ini, begitu pula aku mengetahui jumlah tetetas yang turun ke laut, ke darat, ke hutan rimba, ke gunung-gunung, ke lembah-lembah, ke sungai-sungai, ke sawah-sawah dan ke tempat yang tidak diketahui manusia. ’ Mendengar uraian malaikat tadi, Rasuluallah saw sangat takjub dan bangga atas kecerdasannya dalam menghitung tetesan air hujan. Kemudian malaikat tadi berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulallah saw, walaupun aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari dan diberikan kepandaian dan keulungan untuk menghitung tetesan air hujan yang yang turun dari langit ke bumi, tapi aku memiliki kekurangan dan kelemahan. ’ Rasulallah saw pun bertanya, ‘Apa kekurangan dan kelemahan kamu?. ’ Malaikat itupun menjawab, ‘Kekurangan dan kelemahanku, wahai Rasulallah, jika umatmu berkumpul di satu tempat, mereka menyebut namamu lalu bershalawat atasmu, pada saat itu aku tidak bisa menghitung berapa banyaknya pahala yang diberikan Allah kepada mereka atas shalawat yang mereka ucapkan atas dirimu." Allahumma Shalli'ala Sayyidina Muhammad Wa ala alii Sayyidina Muhammad..

Manusia Yang Tak Pernah Mengecewakan Orang Lain

Rasulullah SAW tidak pernah mau mengecewakan orang lain. Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa pernah ada seorang wanita, seorang budak wanita miskin dari Afrika yang bernama Barirah, mengundang Rasul SAW karena diberi makanan oleh salah seorang sahabatnya makanan yang sangat enak. Sebenarnya Barirah sendiri tidak pernah makan hidangan yang lezat seumur hidupnya, karena ia sangat miskin. Maka ketika datang makanan enak, dia justru teringat kepada Rasul SAW. Aku ingin menghidangkan makanan yang lezat ini untuk Rasulullah SAW, demikian sebuah pikiran yang tulus melintas dalam benak Barirah. Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul SAW ke rumahnya. Maka Rasul SAW yang tidak pernah menolak undangan dari siapa saja, datang bersama para sahabat untuk menyenangkan hati Barirah. Rasul SAW tidak ingin mengecewakan hati orang lain maka datang Beliau bersama para sahabat. Ketika tiba di rumah Barirah, saat para sahabat melihat makanan yang sangat enak dan mahal, mereka berpikir bahwa tidak mungkin Barirah membelinya sendiri. Maka berkata para sahabat: “Ya Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan shadaqah. kalau bukan makanan zakat ya makanan shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya.” Berubah pucatlah wajah Barirah. Ia merasa bingung, risau, bahkan juga malu mendengar ucapan para sahabat itu. Hancur hatinya mendengar kata-kata para sahabat itu, ia baru teringat bahwa Rasul SAW tidak pernah memakan makanan atau harta dari shadaqah dan zakat. Hampir-hampir ia menangis karena hancur perasaannya. Ia risau, takut serta kecewa dan malu karena sudah mengundang Rasul SAW untuk makan makanan yang diharamkan pada Rasulullah SAW. Namun sebagaimana Rasulullah SAW adalah manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana, maka Beliau berkata: “Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah. Barirah menghadiahkan kepadaku, maka aku boleh memakannya .“ Rasul SAW pun lalu memakannya. Demikianlah jiwa yang paling indah yang tidak pernah ingin mengecewakan para fuqara’. Itu makanan sedekah betul untuk Barirah tapi sudah menjadi milik Barirah dan Barirah tidak menyedekahkannya padaku ( Rasulullah SAW ) tapi menghadiahkannya kepadaku. Demikian indahnya akhlak Sayyidina Muhammad SAW. Firman Allah SWT : وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ “Dan sungguh engkau ( Muhammad SAW ) berada pada akhlak yang agung”.

Kita dengarkan dan kita renungkan khutbahnya Rasulullah SAW di akhir bulan sya'ban

Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa beliau berkata : "kita dengarkan sekaligus kita renungkan khutbahnya Rasulullah Saw di akhir bulan sya’ban, beliau bersabda Khutbah ini riwayatnya lemah tetapi telah diriwayatkan lebih dari 25 riwayat dan ditemukan juga di Musnad Ahmad, mustadrak ala shahihain, di shahih lainnya, kalau dipecah – pecah riwayat dhoifnya haditsnya…..shahih. Tapi kalau dipadu belum ada hadits yang meriwayatkan paduan ini, kecuali riwayatnya dhoif. Wahai ………manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, bulan yang penuh keberkahan, bulan yang padanya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah jadikan puasa wajib pada siang harinya, Allah jadikan shalat malamnya sunnah. Barangsiapa yang mendekat kepada Allah dengan segala hal yang baik maka sama dengan hal – hal yang fardhu. Dikatakan oleh Allah yang melakukan sunnah di saat itu pahalanya sama dengan menunaikan hal yang wajib. Barangsiapa yang mengerjakan hal – hal yang fardhu di bulan ramadhan maka pahalanya 70x lebih besar daripada di bulan-bulan lainnya. Mau sholat subuh sama dengan 70x sholat subuh, mau sholat dhuhur sama dengan 70x sholat dhuhur. Demikianpula Hal – hal yang sunnah pahalanya sama dengan hal – hal yang fardhu. dIalah bulan sya’ban, dialah bulan ampunan dari Allah yang balasannya adalah sorga, dialah bulan untuk berderma. Hari dimana Allah Swt mensucikan orang – orang mukmin, orang – orang muslim di bulan ramadhan. Barangsiapa yang memberikan hidangan buka puasa maka baginya ampunan atas dosa – dosanya dan dibebaskan ia daripada api neraka. Semoga kita diantara mereka, amin. Dan ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, yang diberi makan itu tanpa dikurangi sedikitpun pahalanya. Kalau orang puasanya setengah – setengah, pahalanya 50% , tapi kalau orang yang memberi makan yang puasa pahalanya bukan 50% melainkan 100% pahalanya. Urusan kekurangan makanan itu ditanggung sendiri,namun ia yg menafkahinya ia sempurna pahalanya ( Maka berkata para sahabat ) Tidak semua dari kita mampu untuk memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, maka Nabi Saw bersabda kalau Allah memberikan pahala bagi mereka yang memberikan buka puasa pada orang yang berpuasa ramadhan ini walau hanya sekedar sebutir korma atau segelas air atau hanya sedikit makan. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, barangsiapa yang meringankan pada para pembantunya maka Allah mengampuni dosa – dosanya, demikian Imam Ibn Hajar Al Atsqalani menjelaskan. Misalnya Hadirin – hadirat, yang punya pembantu, kalian adik – adik, mungkin ibumu punya pembantu dirumahmu janganlah bersikap galak dengan pembantumu karena di bulan ramadhan Allah menjanjikan pada sabda Nabi ringankan bebannya. Saudara – saudariku yang kumuliakan, Rasul Saw bersabda melanjutkan khutbahnya: .perbanyak padanya 4 hal yaitu 2 hal yang diridhoi Allah dan 2 hal yang kalian tak mampu mendapatkannya kecuali dari kedermawanannya,. 2 hal yang membuka kerdihoan Allah adalah ucapan asyhaduala laa ilaaha ilallah, dan istighfar (astaghfirullah) dan dua hal yg kita tidak mampu mendapatkannya kecuali dari Allah adalah meminta sorga dan minta dijauhkan dari neraka, (ucapa asyhadul alla ilaaha illallah, astaghfirullah, nas’alulaljannata wanaudzubikaminannaar), barangsiapa yang memberikan minuman, makanan jamuan kepada yang berpuasa maka ia tidak akan merasa haus selama – lamanya sampai ia masuk sorga."

KISAH NYATA HABIB MUNZIR

Dahulu ketika saya di Hadramut ada seorang shalih yang ahli ibadah, ia selalu pergi berziarah ke suatu makam orang shalih di masanya, dan suatu ketika saya juga pergi menziarahi makam tersebut. Kemudian orang shalih itu berkata kepadaku :“Engkau menziarahi makam ini dan mengucapkan salam kepada shahibul makam,apakah engkau mendengar jawabannya?”, lalu saya menjawab : “Tidak, saya tidak mendengar jawabannya”, maka orang shalih itu berkata : “jika demikian maka engkau telah bersalam kepada batu bukan kepada shahib makam, jika engkau bersalam kepada shahib makam maka engkau akan mendengar jawaban darinya karena menjawab salam hukumnya wajib”. Mendengar ucapan tersebut saya pun kebingungan dan tidak bisa menjawab, kemudian saya bertanya kepada guru mulia akan hal ini apakah saya menziarahi batu karena ketika saya bersalam kepada orang yang di dalam kubur itu maka saya tidak mendengar jawabannya, sebagaimana guru mulia pemahaman beliau akan ilmu jauh lebihmendalam dari orang tersebut. Maka guru mulia berkata: “betul bahwa orang yang berziarah terkadang tidak mendengar jawaban salam dari shahib makam, namun menurut keyakinanmu apakah shahib makamitu menjawab salammu atau tidak?”, Maka saya menjawab : “Ya tentu dia menjawab salamku wahai guru”, guru mulia berkata : “Ya betul, shahib makam itu menjawab salammu, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda bahwa tidaklah seseorang bersalam kepada penduduk kubur kecuali Allah subhanahu wata’ala membuat mereka menjawab salam tersebut, maka shahib makam itu juga menjawab salammu sehingga kamu tidaklah berziarah kepada batu”. ~Subhanallah sangat berbeda antara pandangan keduanya, dimana orang yang pertama pendapat atau ucapannya terkadang membuat orang yang mendengar kecewa dan sakit hati, namun orang yang mempunyaipemahaman yang lebih dalam tentang ilmu jawaban atau pendapatnya mententramkan orang yang mendengarnya. Maka bukan hal yang penting apakah kita mendengar dari ahlu kubur jawaban salam kita atau tidak, namun yang terpenting adalahbahwa salam kita dijawab oleh ahlu kubur tersebut, sebagaimana pula ketika kita berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala dan mengangkat kedua tangan kita maka kita tidak pernah mendengar jawaban dari Allah, namun apakah hal itu berarti Allah tidak mendengar atau tidak menjawab doa kita?!, tentunya tidak demikian karena jawaban Allah subhanahu wata’ala bukanlah berupa suara akan tetapi jawaban Allah atas doa-doa hambaNya berupa limpahan anugerah dari kedermawananNyaYang Maha Agung dan Maha Luhur

Minggu, 16 Juni 2013

Terkadang, karena tak ingin menyakiti perasaan seseorang, kamu penuhi apapun yang dia inginkan. Tanpa kamu sadari, dirimulah yang akhirnya terluka. Apapun yang kamu inginkan demi kebaikan, lakukanlah. Jangan hanya ingin membuat orang lain bahagia sementara dirimu sendiri terluka dan menderita. Cinta dan persahabatan memang membutuhkan pengorbanan. Tapi kamu harus memahami dengan benar apa yang kamu korbankan. Karena jika salah arah pengorbananmu akan sia-sia. Ambillah beberapa perumpamaan. Hiduplah seperti matahari yang selalu menyinari dan tak pernah berharap balas budi. Namun dirinya sendiri tetap kuat dan tidak hancur. Namun andai tak bisa, jadilah rembulan walau sinarnya dari pantulan matahari namun dia mau berbagi. Jika belum bisa, jadilah seperti bintang. Walau tak selalu ada namun senantiasa ingat dalam untaian do’a. Jika belum mampu juga, cukuplah menjadi kunang-kunang walau menerangi dalam kesederhanaan namun ia mampu menghiasi kelamnya malam.. Asal jangan seperti lilin, yang mampu menerangi namun dirinya sendiri hancur. Jangan berusaha membuat orang lain bahagia namun Engkau sendiri sengsara. Namun demikian, tetaplah memiliki niat yang baik dan dengan cara yang baik. Perkara hasil biarlah Allah yang menilai dan membalas dengan cara terbaik-Nya.

Peringatan Maulid Nabi Saw, Tradisi Umat Islam Sedunia

Hari Senin tahun 571 M. adalah hari kelahiran Nabi terakhir yang telah lama ditunggu-tunggu bangsa Arab. Hampir seluruh dunia muslim memperingatinya dengan upacara yang berbeda-beda. Annemarie Schimmel, menginformasikan kepada kita bahwa kecenderungan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw secara besar-besaran muncul pertama kali di Mesir selama era Fathimiyah (969-1171 M). Perayaan itu dihadiri oleh para cerdik-cendikia dan para ulama. Mereka mendengarkan pidato tentang sejarah Nabi. Di Irak Utara peringatan Maulid Nabi dipersiapkan sejak awal bulan Muharram; pondok-pondok didirikan bagi tamu-tamu yang datang dari luar kota. Di Turki, masjid-masjid dihiasi dengan lampu-lampu. Di Mesir, para penguasa Mamluk, perayaan besar-besaran untuk memperingati Maulud diselenggarakan di pelataran benteng Kairo. (Baca : Annemarie, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah). Di sebagian negara berpenduduk besar muslim, hari itu diperingati dengan menyalakan obor di jalan-jalan sambil pawai mengelilingi kota. Hampir semua kaum muslimin di dunia, kecuali para pengikut Ibnu Taimiyah yang setia, tidak pernah meninggalkan tradisi ini. Ibnu Taimiyah, tokoh Islam paling ortodoks, memandang perayaan Maulid Nabi sebagai bid’ah, mengada-ada. Pandangan ini kemudian diteruskan dengan semangat Islam yang radikal oleh Muhammad bin Abdul Wahab, ulama terkemuka kelahiran Nejd, Saudi Arabia, 1703-1791. Para pengikutnya hari terus menyebarkan ajaran “maulid Nabi sebagai praktik keagamaan yang sesat”. Pandangan ini ditolak diseluruh dunia muslim. Di Indonesia, perayaan maulid Nabi diselenggarakan di surau-surau, masjid-masjid, majlis ta’lim dan di pondok-pondok pesantren dengan beragam cara yang meriah dan dengan sejumlah acara, antara lain ; khitanan masal dan berbagai perlombaan. Malam hari tanggal 12 Maulid merupakan puncak acara. Biasanya mereka membaca sirah nabawiyah (sejarah hidup Nabi sejak kelahiran sampai wafatnya), dalam bentuk prosa dengan cara berganti-ganti dan kadang-kadang dengan dilagukan. Sebagian lagi sejarah Nabi tersebut dikemas dalam bentuk puisi-puisi yang sudah dipersiapkan. Salah satu puisi maulid Nabi saw ditulis oleh Syeikh Barzanji. Tradisi Mauludan paling megah dan biasanya dihadiri ratusan ribu orang diadakan di Kraton-Kraton di Jawa. Sejak menteri Agama dijabat orang NU, konon K.H. Wahid Hasyim, peringatan Maulid Nabi dijadikan sebagai hari libur Nasional dan diperingati di Istana negara. Tahun-tahun terakhir peringatan ini diadalakan di Masjid Istiqlal dan selalu dihadiri oleh Presiden. Penulis sirah Nabawiyah dalam bentuk puisi yang dibaca setiap peringatan Maulid adalah Syeikh al-Barzanji bermazhab Mâlikî. Beliau sengaja menulis puisi-puisi yang sederhana tetapi mempesona untuk menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw agar memudahkan masyarakatnya. Puisi-puisi ini dinyanyikan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia setiap peringatan Maulid. Biasanya puisi-puisi ini dibacakan sambil berdiri sebagai penghormatan kepada Nabi yang dibayangkan hadir; Aduhai Nabi, damailah engkau Aduhai Rasul, damailah engkau Aduhai kekasih, damailah engkau Sejahteralah engkau Telah terbit purnama di tengah kita Maka tenggelam semua purnama Seperti cantikmu tak pernah kupandang Aduhai wajah ceria Engkau matahari, engkau purnama Engkau cahaya di atas cahaya Engkau permata tak terkira Engkau lampu di setiap hati Aduhai kekasih, duhai Muhammad Aduhai pengantin rupawan Aduhai yang kokoh, yang terpuji Aduhai imam dua kiblat Selain al-Barzanji, mereka juga biasa menyanyikan puisi al-Bushairi; “Qasîdah Burdah”. Ibnu al-Jauzi seorang ulama bermazhab Hanbalî dengan sangat indah menggambar persitiwa kelahiran Nabi yang agung itu. Katanya: “Ketika Muhammad lahir malaikat menyiarkan beritanya dengan suara riuh rendah. Jibrîl datang dengan suara gembira. ‘Arasy bergetar. Para bidadari surga keluar menyebarkan wewangian. Ketika Muhammad lahir, Aminah, sang ibunya, melihat cahaya menyinari istana Bosra. Malaikat berdiri mengelilinginya dan membentangkan sayap-sayapnya”. Peringatan Maulid Nabi adalah tradisi umat Islam di seluruh dunia sepanjang sejarah. Ia sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. Jika ia salah atau sesat, niscaya seluruh dunia Islam tidak mentradisikannya. Sungguh sangat naif, jika ada orang yang membid’ahkannya (menganggapnya praktik yang sesat) hanya semata-mata karena Nabi tidak menyelenggarakannya atau tidak ada pada masa Nabi. Ini adalah pandangan yang sangat kerdil dan picik. Jika pandangan tersebut diterima secara luas, niscaya peradaban Islam akan berhenti, lalu mati. Maka upaya-upaya sebagian orang untuk menghentikan tradisi ini sama artinya dengan membunuh peradaban umat manusia. “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat Allah memberikan penghormatan kepada Nabi Muhammad.Wahai orang-orang yang beriman, hormati, muliakanlah dan doakan keselamatan atasnya sungguh-sunguh”.(Q.S. alAhzab [33]:56).

Sembrono, Abu Bakar Ba'asyir Bilang Pancasila itu Syirik dan Bid'ah!

SUARA-MUSLIM.COM - Dalam beberapa kesempatan, Abu Bakar Ba’asyir ketika dibesuk selalu mengomentari Pancasila & Negara Pancasila. Menurut beliau Pancasila itu Syirik dan Negara Pancasila adalah Bid’ah Mukafiroh. Berikut kutipan beliau selengkapnya seperti dikutip Al-Mustaqbal: “Barang siapa yang mengambil selain Islam (sosialis,kapitalis, komunis, sekuler, nasionalis, termasuk Pancasila) sebagai agama maka dia tidak akan diterima dan di akhirat orang tersebut merugi (masuk neraka).” Ketika menjelaskan kemusyrikan Pancasila. Jadi, Pancasila itu termasuk dien (agama), dan berdasarkan ayat tersebut, siapa pun yang mengambil, mengadopsi, dan menerapkan Pancasila adalah musyrik, karena Pancasila itu sendiri syirik. Allahu Akbar!" Itulah bodohnya Abu Bakar Ba'asyir, sebab tidak ada yang menganggap Pancasila itu sebagai dien (agama) namaun dia mengarang-ngarang sendiri bahwa pendukung Pancasila telah beragama Pancasila. Padahal Pancasila kedudukannya di Indonesia hanyalah sebagai Dasar Negara, bukan agama. Abu Bakar Ba’asyir (ABB) juga pernah menyatakan bahwa negara yang berdasarkan ideologi ciptaan manusia seperti Negara Nasionalis, Sosialis, Demokrasi, Pancasila dan lain lain adalah bentuk negara Bid’ah Mukaffiroh (Bid’ah yang menjerumuskan kepada Kekafiran). Astaghfirullah! Sudah berapa juta muslimin di Indonesia yang dimusyrikkan oleh Abu Bakar Ba'asyir?. Syirik dalam Islam diartikan sebagai bentuk pemujaan kepada makhluk/ciptaan Allah SWT sehingga menduakan (menyekutukan) Allah SWT dalam menyembah dan menyerahkan diri yg harusnya hanya kepada satu dzat Tuhan. Pernahkah anda melihat orang yang menyembah Pancasila?, apakah pendukung dasar negara Pancasila itu berarti juga menyembah Pancasila?. Dari syetan mana sebenarnya Abu Bakar Ba'asyir mendapatkan kesimpulan bahwa pendukung Pancasila itu musyrik?. Benar-benar sembrono!. Seandainya dia mau sedikit konsisten dengan pernyataanya, maka seharusnya Abu Bakar Ba'asyir juga tidak usah memakai uang rupiah sebab di setiap uang rupiah terdapat simbol Garuda Pancasila, yang dia anggap sebagai syirik. Masa sih duit syirik masih dikantongin dicelananya?, seharusnya beliau malu.

Aqidah Hizbut Tahrir Bukan ASWAJA

Hizbut Tahrir selama ini kita kenal sebagai organisasi yang gigih memperjuangkan berdirinya khilafah islam. Jargon-jargon islam selalu menyertai setiap gerakan mereka. Namun tidak banyak yang tahu sesungguhnya di balik itu, mereka membawa paham keagamaan yang bertentangan dengan Ahlussunnah wal jamaah, baik di bidang akidah maupun syari’ah. Organisasi Hizbuttahrir didirikan pada tahun1953 di Jerussalem oleh Taqiyuddin An-Nabhani (penting dicatat, ini bukan Syeh Yusuf Annabhani, ulama’ sunni yang terkenal itu) Taqiyuddin dibantu para koleganya yang telah memisahkan diri dari organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir. An-Nabhani adalah lulusan Al-Azhar Mesir yang berprofesi sebagai guru sekolah agama dan hakim. Ia berasal dari Ijzim Palestina Utara. AQIDAH Di bidang akidah, mereka cenderung berpaham Qodariyah, paham yang menganggap manusia bisa menentukan sendiri keinginannya tanpa terikat ketentuan Allah. Berikut beberapa buktinya: Dalam kitab As-Syakhshiyah Al-Islamiyah juz I bab Al qadha’ wal qodar (cet. Darul Ummah hal 94-95) Taqiyuddin berkata: “Segala perbuatan manusia tidak terkait dengan Qadla (kepastian) Allah. Karena setiap manusia dapat menentukan kemauan dan keinginannya sendiri. Maka semua perbuatan yang mengandung unsur kesengajaan dan kehendak manusia tidak masuk dalam Qadla.” Pada As-Syakhshiyah Al-Islamiyah juz I bab Alhuda wad Dlolal (cet. Darul Ummah hal 98) penulis menyatakan “Jadi mengaitkan adanya pahala sebagai balasan bagi kebaikan dan siksa sebagai balasan dari kesesatan, menunjukkan bahwa petunjuk dan kesesatan adalah murni perbuatan manusia itu sendiri, bukan berasal dari Allah.” Ini jelas pendapat kaum Qodariyah yang menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jamaah karena bertentangan dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits. Allah berfirman “Allah menciptakan kalian dan Allah menciptakan perbuatan kalian” (QS As Shaffat :96) Ibn Abbas RA berkata : “Sesungguhnya perkataan kaum Qodariyah adalah kufur”. Bisa juga maksud Ibn Abbas dengan “kufur” di sini sebagai ‘warning’ bahwa hal itu mengarah pada kekafiran. Namun yang jelas mereka adalah ahli bid’ah. Diriwayatkan pula dari Umar bin Abdul Aziz, Imam Malik bin Anas dan Imam Awza’i : “Sesungguhnya mereka (kaum Qodariyah ) diminta untuk bertaubat, jika menolak maka mereka dibunuh.” Ma’mar meriwayatkan dari Towus, dari bapaknya. Bahwa seseorang berkata kepada Ibnu Abbas: “Banyak orang mengatakan perbuatan buruk bukanlah qodar (kepastian) Allah SWT,” maka Ibnu Abbas menjawab: “Yang membedakan aku dan pengikut Qodariyah adalah Ayat ini: “Katakan! Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat, maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya. “QS.Al-An’am: 149.” Tak cukup itu, HIzbut Tahrir malah menuduh ahlussunnah sama dengan kelompok sesat Jabariyyah, tanpa menyertakan bukti yang memadai. Taqiyuddin menyatakan dalam kitab As-Syakhsiyyah Al-Islamiyah juz 1 hal. 73: Pada hakikatnya, pendapat mereka – ahlussunnah wal jama’ah – dan pendapat jabariyah adalah satu, maka mereka adalah termasuk kelompok jabariyah”. SYARIAH Di bidang syari’ah, HTI tidak mau terikat kepada salah satu dari madzhab empat – Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali – dan lebih mendahulukan ijtihad mereka sendiri, mereka juga tidak mengakui ijma’ sebagai dasar hukum selain ijma’ sahabat. Berikut beberapa contoh fatwa nyleneh mereka. Dalam kitab mereka, At-Tafkir hal. 149 ” Sesungguhnya apabila seseorang mampu menggali hukum dari sumbernya, maka telah menjadi mujtahid. Oleh karenanya, maka menggali hukum atau ijtihad dimungkinkan bagi siapa pun, dan mudah bagi siapa pun, apalagi setelah mempunyai kitab lughot ( tata bahasa arab ) dan fiqh islam.” Perkataan ini mengesankan terbukanya kemungkinan untuk berijtihad meskipun dengan modal pengetahuan yang sedikit. DIALOG Pada tanggal 23 – Sya’ban -1428H/ 5 – September – 2007M, beberapa pengurus PCNU kab. Pasuruan dan Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaf selaku musytasyar PCNU Kab.Pasuruan berdialog dengan salah satu tokoh DPP HTI mewakili DPP HTI, di PP. Sunniyah Salafiyah Kraton, setelah membuat janji terlebih dahulu dengan DPP HTI. Dalam dialog tersebut jelas sekali perbedaan faham antara ahlussunnah wal jamaah dengan HTI, khususnya terkait masalah qodho’ dan qodar, Tokoh HTI ini berterus terang mengakui secara lisan bahwa HTI memang tidak mengikuti rumusan Imam Asy’ari dan Imam Maturidi sebagaimana dianut ahlussunnah wal jama’ah. Rekaman dialog terdokumentasi dengan baik di Sunniyah Salafiyah Pasuruan. Alhasil, Hizbut Tahrir nyata-nyata berseberangan dengan Ahlussunnah. Pun demikian ini hanyalah sedikit dari penyimpangan mereka, masih banyak fakta-fakta yang belum terungkap.
Abu Farj bin Hamami bercerita, “Aku banyak mendengar cerita2 mustahil yg muncul dari Syaikh Abdul Qodir yg tidak dapat aku terima. Akan tetapi karena itulah aku ingin sekali bertemu dg beliau. Suatu saat , aku pergi ke Bab al-Laazij untuk suatu keperluan. Ketika pulang, aku melewati madrasahnya dan tepat pada saat itu muadzin telah mengumandangkan adzan Ashar. Dalam hati aku berkata, “Aku akan shalat Ashar dan berkenalan dg sang syaikh”. Saat itu aku lupa bahwa aku belum berwudhu dan langsung shalat. Setelah selesai shalat, Syaikh Abdul Qodir menjumpaiku dan berkata kepadaku, “Anakku, jika engkau datang kepadaku dg suatu hajat pasti akan aku kabulkan. Sayangnya sekarang engkau benar-benar lupa bahwa engkau belum berwudhu ketika melakukan shalat”. Pengetahuan beliau tentang sesuatu yg tersembunyi menimbulkan kekaguman dalam hatiku akan kondisi spiritual (yang telah beliau capai). Sejak saat itu, aku selalu mengikutinya, mencintai dan melayaninya dan kejadian tersebut aku dapat mengetahui keluasan berkah beliau” (Mahkota Para Aulia, 2005)

AKHLAQ / BUDI PEKERTI (baca & simpan)

Barangsiapa tidak beradab maka ia bagaikan lalat. من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فاليقل خيرا أو ليصمت Barangsiapa iman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang bagus atau diam. إياك والحسد فإن الحسد يأكل العمل كما يأكل النار الحطب Takutlah dirimu dari perbuatan dengki, karena sesungguhnya perbuatan hasut itu memakan amal baik, sebagaimana api memakan kayu bakar. مراعة الأدب خير من إمتثال الأمر Menjaga adab lebih baik daripada melaksanakan perintah. ﻻ ﺗﻄﺎﻟﺐ ﺭﺑﻚّ ﺑﺘﺄخر ﻣﻄﻠﺒﻚ ﻭﻟﻜﻦ ﻃﺎﻟﺐ ﻧﻔﺴﻚ ﺑﺘﺄخر ﺃﺩﺑﻚ Janganlah kamu menuntut tuhanmu karena permohonan kamu belum dikabulkan, tetapi tuntutlah dirimu / koreksilah dirimu sebab dirimu tiada beradab kepada-Nya. إذﺍ ساء فعل المرء ساء ظنونه * فأصبح منه ما يعتاده من توهم Seseorang bila buruk perbuatannya, maka buruklah dugaannya dan sesuatu yang menjadi kebiasaan akan menjadi pula untuk dugaan. ﺗﺴﺘﻮﻓﻚ ﺍﻟﻰ ﻣﺎ ﺑﻄﻦ ﻓﻴﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﻴﻮﺏ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺗﺴﺘﻮﻓﻚ ﺍﻟﻰ ﻣﺎ ﺣﺠﺐ ﻋﻨﻚ Keinginan untuk mengetahui cacat yang ada pada dirimu itu lebih baik dari pada keinginan untuk mengetahui sesuatu yang ada diluar kamu (alam gaib). ﻻﻛﻨﺰ ﺍﻧﻔﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻻ ﺷﺮﻑ ّﺍﻋﺰ ﻣﻦ ﺍلحلم Tidak ada gudang yang paling bermanfaat dari pada gudangnya ilmu dan tidak ada kemulyaan yang paling mulia daripada kemuliaan bermurah hati. ﻻﻳﺴﺘﻮﻯ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻭﻻ ﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ﺃﺩﻓﻊ ﺑﺎﻟﺘﻰ ﻫﻲ ﺃﺣﺴﻦ Tidak akan sama kebaikan dengan keburukan, bertobatlah…! Hentikanlah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya. ﺇﺗﻖّ ّﺷﺮ ﻣﻦ ﺍﺣﺴﻨﺖ ﺍﻟﻴﻪ ّﻭﺷﺮ ﻣﻦ ﻳﺤﺴﻦ ﺍﻟﻴﻚ Berhati-hatilah akan kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang kamu perbuat baik kepadanya dan berhati-hatilah akan kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berbuat baik kepadamu. ﺍﻟﻌﺎﺭﻓﻮﻥ ﺇﺫﺍ ﺑﺴﻄﻮﺍ ﺍﺧﻮﻑ ﻣﻨﻬﻢ ﺇﺫﺍ ﻗﺒﻀﻮﺍ ﻭﻻ يقف ﻋﻠﻰ ﺣﺪﻭﺩ ﺍﻷﺩﺏ ّﻓﻰ ﺍﻟﺒﺴﻂ ﺇﻻ ﻗﻠﻴﻞ Orang-orang yang arif apabila diberi kelapangan oleh Allah maka hatinya lebih takut kepada Allah daripada ketika diberikan kesempitan, karena sedikit sekali orang yang bisa menjaga adabnya kepada Allah dikala mendapat kelapangan. ﻋﺎﻋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ : ﻛﺎن ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰّ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢّ ﻳﻌﺠﺒﻪ ﺍﻟﻴﻤﻦ ﻓﻰ ﻧﻌﻠﻪ ﻭﺗﺮﺣﻠﻪ ﻭﻇﻬﻮﺭﻩ ﻭﻓﻰﺳﺄﻧﻪ ﻛﻠﻪّ (ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ) Aisyah r.a. berkata: “bahwasanya rasulullah SAW bangga dengan tayamun (mendahulukan anggota / sisi kanan), didalam bersandal, bersisir, bersuci dan seluruh pekerjaan yang dianggap baik baginya.” ﺍﻟﻮﺍﺻﻞ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦﺍﻟﻤﻮﺻﻞ Orang yang menyambung lebih utama dari yang disambung. ﺍﻟﺨﺎﺩﻡﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺨﺪﻭﻡ Pelayan lebih utama dari yang dilayani. ﻟﻮﻛﺎﻥ ﺍصبع ﺍﺣﺪﻛﻢ ﻣﻦ ﺫﻫﺐ ّﻇﻞ يبشر بها ولو كان شلل ظل يواربها Andai salah satu diantara kamu mempunyai jemari emas, tentu akan selalu menunjuk dengan jemari itu, dan andai ia mempunyai cacat tentu ia akan selalu menyembunyikan. ما لشأن وجود الطالب إنما الشأن ان ترزق حسن الأدب Tiada penting bagimu untuk meminta-minta tapi yang penting bagimu apbila kamu diberi rizki berupa bagus budi pekertinya. قال الإمام الشاذلى رضى الله عنه: لا تحتر ما تحتار ولكنما إحتر ما تحتار Imam As-syadzili berkata: janganlah kau pilih sesuatu yang menjadi pilihanmu akan tetapi pilihlah sesuatu yang dipilihkan untukmu. وما ينفع الفتيان حسن وجوههم * إذا كانت الأخلاقه غير حسن keelokan wajah tidak akan berguna (memberikan manfaat) pada seorang pemuda, apabila akhlaqnya (budi pekertinya) buruk. لا تنظرن لا ثواب على أحد * إن رمت تعرفه فانظر إلى الأدب Sungguh jangan kau lihat seseorang dari busana yang dipakainya, apabila kamu ingin tahu siapa dia, maka lihatlah budi pekertinya. ما وصل أولياء الله تعالى إلى ما وصلوا بكثرة الأعمال، وانما وصلوا بالأدب وحسن الخلق Para wali (kekasih-kekasih Allah) tidak memperoleh apa yang mereka peroleh sebab banyaknya amal, akan tetapi mereka memperoleh apa yang diperolehnya sebab adab dan budi pekerti

bolehkah seorang wanita sholat dimasjid?

ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗَﺎﻝَ » ﻻَ ﺗَﻤْﻨَﻌُﻮﺍ ﺇِﻣَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺴَﺎﺟِﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻟِﻴَﺨْﺮُﺟْﻦَ ﻭَﻫُﻦَّ ﺗَﻔِﻼَﺕٌ ». Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan kalian larang hamba-hamba perempuan Allah untuk pergi ke masjid-masjid Allah akan tetapi hendaknya mereka keluar dalam keadaan tafilat”. (HR. Abu Daud dan dishahihkan di dalam kitab Irwa’ Al Ghalil, no. 515) Makna “Tafilat” adalah tidak memakai minyak wangi. (Lihat kitab An Nihayah fi Gharib Al Hadits, karya Ibnu Al Atsir) ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- » ﺇِﺫَﺍ ﺧَﺮَﺟَﺖِ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻓَﻠْﺘَﻐْﺘَﺴِﻞْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻄِّﻴﺐِ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﻐْﺘَﺴِﻞُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَﺎﺑَﺔِ ». Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang wanita keluar rumah menuju masjid, hendaklah dia mandi membersihkan minyak wangi sebagaimana dia mandi junub”. (HR. An Nasai ) ﺯَﻳْﻨَﺐَ ﺍﻟﺜَّﻘَﻔِﻴَّﺔِ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﺃَﻥَّ ﻧَﺒِﻰَّ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗَﺎﻝَ » ﺃَﻳَّﺘُﻜُﻦَّ ﺧَﺮَﺟَﺖْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻓَﻼَ ﺗَﻘْﺮَﺑَﻦَّ ﻃِﻴﺒًﺎ ». Artinya: “Zainab Ats Tsaqafiyyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perempuan mana saja yang pergi ke masjid maka jangan sekali-kali dia mendekati (memakai) minyak wangi”. (HR. An Nasai) ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- » ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﺃَﺻَﺎﺑَﺖْ ﺑَﺨُﻮﺭًﺍ ﻓَﻼَ ﺗَﺸْﻬَﺪْ ﻣَﻌَﻨَﺎ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀَ ﺍﻵﺧِﺮَﺓَ ». Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perempuan mana saja yang telah memakai minyak wangi maka tidak boleh shalat isya’ bersama kami”. (HR. Muslim) JELAS?

Keberkahan Telapak Tangan Rasulullah SAW

Di antara bukti keberkahan telapak tangan Rasulullah; dalam sebuah hadits riwayat Abu Nu’aim al Ashbahani dalam kitab Dala’il an Nubuwwah, dari sahabat Abu Hurairah berkata: “Aku mendapat tiga musibah; wafatnya Rasulullah; padahal aku adalah sahabatnya dan pembantunya, terbunuhnya Utsman bin Affan, dan hilangnya Mizwad (kantung tempat perbekalan)”. Like FP Dukung NU Mendirikan TV NU Nusantara Mereka bertanya: “Wahai Abu Hurairah apa yang engkau maksudkan dengan mizwad?”, Abu Hurairah berkata: “Dahulu kami bersama Rasulullah dalam sebuah peperangan, sahabat beliau saat itu banyak yang kelaparan, Rasulullah berkata: “Wahai Abu Hurairah apakah ada sesuatu (yang dapat dimakan)?”, Aku berkata: “Iya, ada, sedikit kurma dalam kantung perbekalanku”. Rasulullah berkata: “Bawa ke sini”. Lalu aku mengambil kantung tersebut dan memberikannya kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah memasukan telapak tangannya ke dalam kantung tersebut, lalu ia mengeluarkannya telapak tangannya dan membukanya, beliau berkata: “Panggil sepuluh orang”.Lalu aku memaggil sepuluh orang sahabat beliau, kemudian mereka makan hingga kenyang. Rasulullah berulang-ulang melakukan itu; hingga beliau memberi makan kepada seluruh bala tentaranya sampai mereka semua kenyang. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Ambilah apa yang ada di dalam kantung itu seperti apa yang telah engkau isikan di dalamnya, masukan tanganmu di dalamnya, engkau genggam untuk mengambilnya, dan jangan mengambilnya dengan cara dituangkan”. Abu Hurairah berkata: “Sungguh aku telah mengambil (berulang-ulang) lebih banyak dari pada apa yang telah aku isikan di dalamnya”. Abu Hurairah berkata: “Tahukan kalian berapa banyak aku telah makan dari kantung perbekalannku tersebut? Aku telah makan dari kantung tersebut sepanjang hidup Rasulullah, sepanjang hidup Abu Bakar; bahkan aku memberi makan darinya [bagi orang lain], sepanjang hidup Umar; bahkan aku memberi makan darinya [bagi orang lain], dan sepanjang hidup Utsman; bahkan aku memberi makan darinya [bagi orang lain], lalu ketika Utsman terbunuh dan rumahku di rampas maka kantung perbekalanku tersebut hilang entah ke mana”.

Isra Mi'raj dan Konferensi Kutu Sedunia

Mbah Ali Maksum, semasa hidupnya terkenal sebagai seorang kiai dengan segala kelucuannya. KH Asy’ari Abta, Rais Syuriah PWNU DIY, menyampaikan argumen Mbah Ali saat menampik orang-orang yang tidak percaya terhadap perjalanan kilat Nabi Muhammad SAW yang lebih dikenal dengan Israj Mi’raj. Like FP Dukung NU Mendirikan TV NU Nusantara “Anda tidak percaya bahwa kutu Indonesia saja bisa sampai ke Amerika. Lho bagaimana caranya kutu yang tidak bisa terbang sampai ke Amerika?” “Bisa saja kutu itu menempel di tubuh orang yang akan berangkat ke Amerika. Ketika sampai di hotel, kutu itu turun dari tubuh orang tadi. Di hotel, kutu tersebut akhirnya bertemu dengan kutu dari Jepang, Korea, Belanda dan Amerika. Jadilah kemudian mereka melakukan Konferensi Kutu Sedunia,” ujar KH. Asy’ari Abta disambut gelak tawa hadirin yang datang dalam peringatan Is’raj Mi’raj Nabi Muhammad Kamis (6/6) di Pesantren Krapyak. (Rokhim Bangkit)Like FP Dukung NU Mendirikan TV NU Nusantara